Ramadhan di Jerman, Kolak Pisang Tak Ketinggalan

Suasana buka puasa bersama di Bonn, Jerman.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id - Sembilan hari sudah umat Muslim dunia menjalani puasa Ramadhan 2015 ini. Setelah beberapa hari, tubuh tentu sudah terbiasa dengan perubahan pola makan.

Menahan lapar dan dahaga selama sekitar 13 jam, sudah bulan persoalan sulit. Apalagi dengan suhu yang cukup bersahabat di Indonesia. Tapi bagaimana dengan puasa di negara lain?



Prilly Anastasia Siregar, seorang ibu satu anak asal Indonesia yang kini tinggal di Bonn Jerman, Kamis, 25 Juni 2015, menceritakan pengalamannya berpuasa di negeri orang. Awalnya, Prilly merasakan beratnya puasa selama hampir 19 jam.

Periode puasa yang panjang dipengaruhi musim panas, yang membuat matahari bersinar lebih lama dari biasanya. Bukan hanya lebih panjang periodenya, temperatur pun jelas lebih panas.



"Pastinya suasana beda sekali kalau dibandingkan di Indonesia, yang hampir semua orang melaksanakan puasa. Apalagi beberapa tahun belakangan terjadi saat musim panas," ujar Prilly kepada VIVA.co.id.

Prilly yang sudah tinggal di Bonn sejak 2009, mengatakan puasa 2015 ini waktu Imsak pukul 3.24 dan Magrib 21.54. Artinya, waktu puasa setiap harinya selama 18 jam 30 menit.

"Terasa berat dua atau tiga hari pertama saja, sekarang sudah biasa. Laparnya tidak terlalu, yang sulit sebenarnya menahan kantuk. Alhamdulillah, sampai sekarang cuaca masih bersahabat," tuturnya.



Situasi saat ini lebih baik dibandingkan 2014 lalu, di mana temperatur mencapai 39 derajat Celcius dan kering, tidak lembab seperti di Indonesia.

"Terasa sekali beratnya," kata Prilly.

Untuk lingkungan, Prilly mengaku tidak ada persoalan. Sebab, cukup banyak imigran Timur Tengah dan warga negara muslim lain di Bonn. Untuk Idul Fitri pun, pemerintah Jerman memberlakukannya sebagai libur internasional.

Di Bonn juga terdapat komunitas Muslim Indonesia. "Namanya Indo Muslim Bonn (IMB). Kami biasanya kumpul sebulan sekali mendengarkan tausyiah dan silahturahmi, saat Ramadhan juga menggelar buka puasa bersama," katanya.



Untuk menu berbuka puasa, tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Sajian tradisional macam kolak pisang pun tidak ketinggalan. Begitu juga dengan menu hidangan utamanya, selera Indonesia.

Waktu yang singkat antara buka dan sahur, sekitar lima jam saja, ternyata memberikan keasyikan tersendiri. "Alhamdulilah, kumpul untuk buka puasa, salat bersama, bahkan sampai bisa sahur bersama sekaligus," ujar Prilly. (ase)