38 Orang Dibantai, Dua Polisi Ketakutan

Korban tewas serangan teror di Hotel Imperial Muhraba di Tunisia
Sumber :
  • REUTERS/Amine Ben Aziza
VIVA.co.id
- Kesaksian muncul dari sejumlah orang, termasuk turis asing yang berada di pantai Tunisia, lokasi pembantaian 38 orang oleh seorang pria bersenjata, yang mengklaim bertindak untuk ISIS.


Dilansir dari
Daily Mail
, Rabu, 1 Juli 2015, mereka menceritakan bagaimana dua orang petugas polisi yang ketakutan, bersikap pengecut dan sembunyi, membiarkan pelaku bergerak bebas menembaki banyak orang.


Tidak lama setelah pelaku yang diidentifikasi sebagai Seifeddine Rezgui, memulai serangan di pantai, beberapa orang menghubungi polisi. Ada setidaknya dua polisi yang tiba paling cepat, hanya sekitar enam menit kemudian.


"Saat polisi datang, kami katakan padanya cepat bunuh dia (pelaku). Tapi polisi mengatakan maaf, saya tidak membawa rompi anti peluru, jadi tidak bisa mengejarnya," kata Mahdi, seorang pemuda Tunisia.

Seorang pemuda lain yang bersama Mahdi, merasa geram dengan jawaban polisi itu. Pemuda yang bekerja di arena permainan air, mendekati seorang polisi dan meminta senjatanya.


"Setelah itu kami pergi bersama dengan senjata milik polisi," kata Mahdi. Pria yang memegang senjata polisi, disebut Mahdi, sempat menembakkan dua peluru ke arah penyerang, setelah itu senjata macet tidak dapat dioperasikan.


Macetnya senjata, membuat Rezgui dapat mendekati pemuda pahlawan itu. "Saat teroris berjalan ke arahnya, kami memutuskan mencari tempat perlindungan. Satu di kiri dan satu di kanan," kata Mahdi.


"Koki yang bekerja di dapur hotel, berbicara pada teroris itu bertanya mengapa dia melakukan serangan. Teroris menjawab, kalian tidak usah pedulikan mereka, ini bukan pekerjaan kalian," ucapnya.


Tampaknya pemuda berkaus merah yang membawa senjata polisi, kemudian ditangkap oleh polisi, karena dicurigai sebagai rekan pelaku serangan. Namun beberapa kesaksian turis, memperkuat cerita bahwa dia sebenarnya pahlawan.


"Beberapa pemuda mengatakan pada polisi, kami tidak takut mati, berikan senjata pada kami," kata seorang turis Belgia, menceritakan peristiwa yang dilihatnya. Wanita Belgia itu juga menyebut tentang polisi yang ketakutan.