Presiden Obama Andalkan 2 WNI Berantas Perdagangan Manusia

Perdagangan Manusia
Sumber :
  • VOAIndonesia/White House

VIVA.co.id - Presiden AS, Barack Obama, membentuk gugus tugas khusus untuk memonitor dan memberantas perdagangan manusia. Dari sebelas anggotanya, dua diantaranya adalah Warga Negara Indonesia (WNI).

Sejak tahun 2012 lalu Presiden Amerika Barack Obama telah menjadikan bulan Januari sebagai “Bulan Pencegahan Perbudakan dan Perdagangan Manusia.”

Gugus tugas itu diberi nama "The President’s Interagency Task Force to Monitor and Combat Trafficking in Persons (PITF)."  Kelompok ini memiliki anggota dari beragam latar belakang, mulai dari sektor pemerintah dan swasta, hingga aktivis, tokoh masyarakat dan keagamaan, penegak hukum, akademisi hingga mantan korban.

Pengangkatan mereka sudah disampaikan sejak 16 Desember 2015, namun pengesahan tim ini baru dilakukan Gedung Putih pada Selasa, 5 Januari 2016. Sebelas orang tersebut diberi mandat dihadapan pejabat publik Amerika, termasuk Menteri Luar Negeri John Kerry, dan Jaksa Agung Loretta Lynch.

"Saya merasa terhormat karena orang-orang berbakat ini bersedia mengambil keputusan untuk melayani negeri ini. Mereka membawa serta pengalaman mereka selama bertahun-tahun, juga keahlian mereka untuk bergabung dalam tim ini. Dan saya sangat menanti-nanti untuk bisa bekerja sama dengan mereka," kata Obama dalam sambutannya, seperti dikutip dari whitehouse.gov.

Mantan Korban

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, dua WNI Ima Matul Maisaroh dan Shandra Woworuntu menjadi bagian dari 11 anggota yang memiliki tugas khusus tersebut. Ima Matul dan Shandra adalah korban perdagangan manusia di Amerika Serikat.

Keduanya datang ke Amerika dengan harapan mencari kehidupan yang lebih baik. Tapi keduanya malah menjadi korban perdagangan manusia. Shandra dipekerjakan di berbagai bar dan cafe. Tahun 2001 ia berhasil melarikan diri dari sebuah hotel.

Shandra yang memiliki catatan lengkap tentang pelaku yang menjebaknya memberi laporan terinci pada polisi sehingga seluruh jaringan berhasil ditangkap. Awal tahun 2014, Shandra mengungkapkan kepada publik tentang pengalamannya. Sejak itu, ia menjadi aktivis anti perdagangan manusia.

Tak berbeda jauh dengan Shandra, Ima Matul Maisaroh juga menjadi korban perdagangan manusia. Ima pergi ke AS setelah bercerai dengan suaminya. Ia dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga.

Namun Ima disiksa.  Ia bekerja lebih dari 18 jam sehari, dan tanpa hari libur. Ia tak boleh berbicara dengan siapa pun, dan selalu ditakut-takuti. Tiga tahun kemudian, Ima berhasil dibebaskan setelah menulis pesan kepada pembantu tetangganya untuk meminta tolong.

Ima diselamatkan oleh tetangganya. Ia lalu dibawa ke kantor Coalition to Abolish Slavery and Trafficking (CAST) di Los Angeles. CAST membantu proses hukum, dan Ima diberi pelatihan hingga ia bisa mandiri dan akhirnya menjadi aktivis anti-perdagangan manusia.

Kedua WNI ini kini mendapat kepercayaan dari Presiden AS Barack Obama. Mereka dipercaya untuk terus mengingatkan bahayanya perdagangan manusia. (ren)