Israel Beri Sinyal Akui Palestina dengan Syarat

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Sumber :
  • REUTERS/Abir Sultan/Pool

VIVA.co.id – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memberikan sinyal positif pada inisiatif perdamaian Arab yang diajukan pada 2002. Saat itu, ada penawaran pengakuan diplomatik untuk Israel dari negara-negara Arab sebagai imbalan kesepakatan kenegaraan dengan Palestina.

Netanyahu memberikan komentar terbukanya atas pidato Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, yang berjanji kepada Israel akan adanya hubungan yang lebih hangat jika mereka menerima upaya untuk melanjutkan pembicaraan damai.

"Inisiatif perdamaian Arab mencakup unsur-unsur positif yang dapat membantu menghidupkan kembali perundingan konstruktif dengan Palestina. Kami bersedia untuk bernegosiasi dengan negara-negara Arab terkait revisi inisiatif yang mencerminkan perubahan dramatis di wilayah ini sejak tahun 2002, tetapi tetap mempertahankan tujuan yang disepakati, yakni dua negara untuk dua bangsa," kata Netanyahu merujuk pada statusnya dengan Palestina seperti dilansir dari situs Reuters, Selasa, 31 Mei 2016.

Netanyahu berbicara beberapa saat setelah tokoh ultranasionalis, Avigdor Lieberman dilantik sebagai menteri pertahanan baru Israel dan koalisi sayap kanan Israel yang rapuh mendapat dukungan penting di parlemen. Netanyahu tampaknya menunjukkan bahwa masuknya Lieberman di pemerintah tidak menunjukkan upaya perdamaian dengan Palestina.

Inisiatif yang ditawarkan oleh negara-negara Arab menyebutkan mereka akan mengakui Israel secara penuh, tetapi hanya jika Israel memberikan semua tanah yang dicaploknya pada perang Timur Tengah tahun 1967, dan sepakat untuk menciptakan "solusi yang adil" bagi pengungsi Palestina.

Sebagaimana diketahui, selama bertahun-tahun, Israel dan Palestina terlibat dalam perang perebutan wilayah. Dalam setengah tahun terakhir, serangan Palestina telah menewaskan 28 warga Israel dan dua warga AS yang saat itu sedang berada di kawasan itu.

Sementara itu, pasukan Israel telah menembak mati setidaknya 195 warga Palestina, dengan 134 orang di antaranya, menurut Israel, adalah penyerang. Lainnya tewas dalam bentrokan dan aksi protes.