Europol Yakin ISIS Didik Ribuan Anak Jadi Militan Anti-Barat
Sabtu, 30 Juli 2016 - 19:40 WIB
Sumber :
- YouTube
VIVA.co.id - Anak-anak pejuang asing yang tinggal di wilayah ISIS seperti Irak dan Suriah, dilaporkan tengah dilatih untuk menjadi teroris generasi berikutnya. Dalam laporan tahunan Lembaga Penegak Hukum Eropa, Europol, disebutkan bahwa anak-anak ini dibesarkan di bawah kekuasaan kelompok radikal, dan diberikan 'perhatian khusus'.
Menurut laporan tersebut, divisi propaganda ISIS telah mengunggah banyak video dan gambar, yang menunjukkan bagaimana anak-anak dilatih dan didoktrinasi dengan ideologi kelompok yang brutal.
Baca Juga :
Menurut laporan tersebut, divisi propaganda ISIS telah mengunggah banyak video dan gambar, yang menunjukkan bagaimana anak-anak dilatih dan didoktrinasi dengan ideologi kelompok yang brutal.
Salah satu video yang diunggah menunjukkan, anak laki-laki berusia di bawah 10 tahun mengenakan pakaian tempur dan ikat kepala bertuliskan ISIS, dan diperintahkan untuk melaksanakan latihan militer. Propaganda lainnya juga menunjukkan, anak laki-laki yang berkelahi satu sama lain, berlatih seni bela diri, serta menerima instruksi jihad dari militan yang lebih tua.
Para orangtua yang melarikan diri dari wilayah ISIS menjelaskan, anak laki-laki mereka "dicuci otak" di sekolah ISIS, di mana mereka diajarkan bagaimana membuat bom, atau bahkan dikirim ke negaranya masing-masing dengan membawa misi tertentu.
Sementara anak perempuan yang tidak diajarkan untuk berperang, dilatih untuk membesarkan anak-anak mereka yang sejalan dengan ideologi ISIS, dan didorong untuk menerima bila suatu saat suami atau anak-anak mereka mati dalam pertempuran.
"Dalam propaganda, ISIS sering menunjukkan melatih anak-anak untuk menjadi generasi berikutnya, yang menimbulkan ancaman di masa depan. Mereka adalah ancaman untuk jangka panjang. Indoktrinasi pendidikan mereka melahirkan kebencian bagi negara Barat dan dipaksa untuk berlatih perang," tulis Europol dalam laporannya, seperti dilansir dari
Independent,
Sabtu, 30 Juli 2016.
Europol memperkirakan, lebih dari 5.000 warga Eropa telah melakukan perjalanan ke zona konflik seperti Suriah dan Irak, terutama untuk bergabung dengan ISIS. Jumlah anak yang lahir dari pejuang asing diyakini semakin meningkat, dan mungkin mencapai ribuan, seiring dengan masuknya warga asing untuk bergabung dengan ISIS dan menjadi "pengantin jihad".
Lembaga ini memperingatkan, meskipun rute pengungsi ke Eropa tidak menjadi saluran yang digunakan ISIS, namun teroris telah "bersembunyi" diantara migran dengan menggunakan dokumen palsu, dan suatu saat akan menjadi bom waktu untuk menyerang target-target yang tak sejalan dengan ideologi mereka.