Media China Sebut AS Tak Pantas Berceramah Soal Demokrasi

Bendera Amerika Serikat
Sumber :
  • feelgrafix.com

VIVA.co.id –  Dua media pemerintah China mengecam AS. Mereka menyebut, skandal yang terjadi pada dua kandidat Presiden AS menunjukkan, negara Paman Sam itu tak punya hak untuk menceramahi negara lain soal demokrasi.

Komentar kedua media besar di China itu disampaikan berbarengan dengan beredarnya video Donald Trump yang memberi komentar cabul soal perempuan, dimana Trump harus bekerja ekstra keras demi kampanyenya agar pendukungnya tetap bertahan setelah video tersebut dipublikasikan.

Pemerintah Beijing melarang media umum mengomentari pemilu AS karena tak ingin terlihat melakukan intervensi pada urusan negara lain, namun media pemerintah diberikan kelonggaran.

Pemerintah China seringkali merasa tersinggung dengan kritikan dari negara lain mengenai politik satu partai di negara mereka,  terutama bila kritik itu datang dari AS. China juga dengan tegas mengatakan tak ada satu pun negara yang memiliki hak untuk mencoba dan memaksa China untuk mengubah sistem mereka.

Dalam komentarnya, Partai Komunis, yang berkuasa dalam sistem politik di China, menyebut pemilu AS sebagai pemilu 'penuh kekacauan.' Ia menunjuk isu pajak yang menimpa Trump dengan 'mulut besarnya,' dan kasus Hillary Clinton yang menggunakan email pribadi juga gangguan kesehatannya. Media ini juga menyinggung soal debat kandidat yang lebih banyak tertuju pada isu personal dibanding berdiskusi soal isu-isu yang harusnya menjadi fokus keduanya.

"Semua keanehan ini bukan hanya memperlihatkan dengan jelas bahwa politik di AS adalah bentukan yang seolah stabil, namun juga memperlihatkan secara langsung terjadinya korupsi dalam sistem politik AS," ujar penulis media tersebut yang menyebut dirinya "Zhong Sheng," atau "Voice of China."

"Sudah sejak lama, pemerintah AS telah membual tentang bagaimana pemilu yang sangat berjalan adalah sebuah keunggulan, dan menggunakan itu sebagai cara untuk sengaja mengkritik sebagian besar negara berkembang," ujar media tersebut, seperti dikutip dari Asia Times, 8 Oktober 2016. "Keyakinan diri yang ekstrem dan arogan dari  penceramah demokrasi inilah yang harus ditahan," kata media itu menegaskan.

Sementara The People's Daily's, juga memberikan kritikan yang tak kalah tajam. Menurut People's Daily's, pemilihan presiden itu menunjukkan tak ada superioritas dalam demokrasi barat.