Tuduh Rusia Peretas, Trump Sebut Hillary Mengada-ada

Kandidat Presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS/Charles Mostoller/Jonathan Ernst

VIVA.co.id – Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, menuding Rusia sebagai pihak yang terlibat dalam skandal bocornya dokumen kampanye partainya. Selain itu, terkuaknya sejumlah surat elektronik (email) pribadi dari tim kampanye Hillary Clinton oleh WikiLeaks, juga diklaim bagian dari konspirasi Moskow.

“Intelijen kita bilang bahwa Moskow terlibat dalam serangan siber. Mereka ingin mempengaruhi pemilihan presiden. Mereka ingin Donald Trump menang karena pernah memuji Putin,” ujar Hillary, dalam debat Capres AS kedua di Missouri, Amerika Serikat, yang disiarkan di Kabar Khusus tvOne, Senin pagi 10 Oktober 2016.

Meski begitu, mantan Menteri Luar Negeri AS ini menyatakan permintaan maafnya sebagai pihak yang bersalah dalam skandal tersebut.

Menanggapi tudingan Hillary, rivalnya, Donald Trump menganggap pernyataan itu tidak masuk akal. Taipan properti itu justru menuduh Hillary berbohong.

“Rusia selalu disalahkan dalam setiap serangan. Mungkin saja sebenarnya memang tidak ada pembajakan. Hillary telah membuat pernyataan mengada-ada (berbohong),” kata dia.

Menurutnya, dugaan Moskow sengaja mendukung Trump karena pria berusia 71 tahun itu memiliki perusahaan atau ingin berinvestasi di Rusia, adalah tidak benar.

Trump mengaku dirinya tidak memiliki urusan sama sekali dengan Rusia. Trump menganggap bekerja sama dengan Rusia adalah hal yang bagus.

“Saya tidak punya bisnis di Rusia. Saya bahkan tidak mengenal Vladimir Putin secara pribadi. Tetapi, saya pikir sangat bagus bekerja sama dengan Rusia, terutama dalam menghancurkan ISIS,” jelas suami Melania ini.

(ren)