Panas Dingin Hubungan RI-Australia

Presiden Joko Widodo dan PM Australia Malcolm Turnbull.
Sumber :
  • REUTERS/Adek Berry/Pool

VIVA.co.id – Kerja sama pertahanan Australia dan Indonesia mencakup beberapa isu paling kontroversial, baik internal kedua negara dan perpolitikan internasional saat ini. Isu sensitif yang dimaksud adalah perang melawan terorisme, para pencari suaka dan pengungsi, Laut China Selatan, serta tantangan keamanan siber.

Langkah tegas Indonesia yang menghentikan sementara seluruh kerja sama pertahanan dengan Australia adalah yang terbaru dalam serangkaian sengketa yang terjadi di antara kedua negara sekaligus tantangan bagi pemerintah Perdana Menteri Malcolm Turnbull dan Presiden Joko Widodo.

Mengutip situs Sydney Morning Herald, Kamis, 5 Januari 2017, tak bisa dipungkiri, kedua negara mengakui ancaman umum masih datang dari terorisme. Sehingga, keduanya sepakat bekerja sama di sektor lembaga penegakan hukum dan badan keamanan nasional, imigrasi dan bea cukai, dan tentu saja, keamanan siber.

Dalam dialog 2 + 2 (menlu dan menhan kedua negara) pada Oktober 2016 menyoroti kemitraan strategis komprehensif dengan tujuan untuk memastikan ekonomi pembangunan, kesejahteraan, perdamaian dan keamanan di kawasan.

Canberra secara tegas mendukung kedaulatan dan integritas teritorial Indonesia serta siap untuk bekerja dengan Jakarta soal keamanan maritim, intelijen, bantuan kemanusiaan dan bencana.

Sementara, Indonesia 'menyambut positif' buku putih pertahanan yang dikeluarkan Australia baru-baru ini, yang isinya negeri Kanguru itu ingin mengembangkan wilayah Australia Utara, Darwin, sebagai kawasan industri pertahanan dan modernisasi militer.

Latihan militer multilateral

Australia juga menjamin untuk mempromosikan perdamaian, stabilitas dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik. Masih di bulan dan tahun yang sama, Kepala Staf Angkatan Udara Australia, Marsekal Mark Binskin menjamu Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, di Canberra, sebagai bagian dari upaya untuk mempromosikan prinsip 'saling percaya dan kerja sama'.

Latihan militer bersama ini sudah berjalan sejak 1995 silam ketika kepemimpinan Presiden Soeharto dan PM Paul Keating. Namun, sempat terhenti pada 1999 lantaran Indonesia dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur, sekarang Timor Leste.

Kala itu, PM Australia dijabat John Howard. Hubungan Jakarta dan Canberra kembali cair setelah terjadi serangan teror di Bali pada 2002 yang menewaskan 88 warga Australia dari total 202 orang.

Kedua negara sepakat bekerja sama bidang kontraterorisme. Pada tahun lalu, pasukan khusus kedua negara kembali menggelar latihan kontraterorisme dan intelijen di Darwin. Ini dianggap sebagai peristiwa penting mencairnya hubungan sejak krisis Timor Timur.

Menteri Pertahanan Australia, Marise Payne mengaku hanya beberapa aspek kerja sama yang 'dibekukan sementara' dan kini sedang dilakukan negosiasi tentang keterlibatan Indonesia dalam latihan militer multilateral direncanakan pada Februari 2017. (ase)