Perempuan Muslim Imigran Somalia Sukses Jadi Anggota DPR AS

Anggota DPR AS dari Minnesota, Ilhan Omar.
Sumber :
  • https://www.ilhanomar.com/

VIVA.co.id – Ilhan Omar (35) menjadi perempuan Muslim keturunan Somalia-Amerika pertama yang terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (State Representative) dari Negara Bagian Minnesota, AS.

Padahal, seminggu sebelum pelantikannya, Presiden AS terpilih, Donald John Trump, menyatakan imigran Somalia merupakan bencana bagi negaranya.

Seperti dikutip situs Theguardian, Jumat, 6 Januari 2017, Trump melayangkan komentar pedasnya terhadap seluruh imigran Somalia yang tinggal di Minnesota pada saat kampanye menjelang Pemilihan Presiden AS tahun lalu.

Dalam pidatonya, Trump menganggap mereka, para imigran Somalia, adalah bencana besar dan bagian dari kelompok ekstremis Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS).

"Di Minnesota, Anda sudah melihat langsung masalah yang disebabkan oleh para pengungsi. Jumlah pengungsi terbesar berasal dari Somalia. Mereka datang ke negara kita tanpa sepengetahuan Anda, tanpa dukungan atau persetujuan," kata Trump, saat pilpres.

"Banyak dari mereka bergabung dengan ISIS dan menyebarkan pandangan ekstremis ke seluruh Amerika dan dunia,” kata Trump. 

Selama kampanye, Trump selalu menyerukan larangan Muslim untuk datang ke Minnesota dan menolak untuk membuat sistem identitas warga Muslim di sana.

Prospek perempuan dalam memegang kendali di pemerintahan berhasil menarik perhatian nasional. Hal itu juga yang terjadi pada Omar, ia sempat dipandang sebelah mata oleh publik. Namun, dengan terpilihnya Omar sebagai anggota DPR, semua tudingan yang tertuju kepadanya, sirna.

Omar berasal dari Partai Buruh-Tani Demokrat mengalahkan lawan politiknya yang juga bernaung di bawah partai yang sama, Mohamud Noor, serta anggota DPR petahana, Phyllis Kahn, dengan jumlah suara tipis. Ia datang ke AS sebagai pengungsi 20 tahun silam.

"Kemenangan ini adalah kemenangan kami. Mari kita rayakan. Namun tugas kita belum usai. Kami akan terus membangun wilayah ini (Minnesota) untuk lebih sejahtera dan adil," ungkap Omar, dalam pidato kemenangannya.

Omar yang mengenakan jilbab, melewati jalan panjang berliku dan terjal menjelang pemilu. Ia dianggap telah mematahkan anggapan Trump dengan menjadi pemenang saat umat Islam menghadapi rentetan kejahatan, kebencian dan ancaman di negeri Paman Sam. Omar telah disumpah menggunakan Alquran pada 3 Januari 2017.

Ibu tiga anak dan dari suami bernama Ahmed Nur Said Elmi ini menghabiskan empat tahun di sebuah kamp pengungsi di Kenya sebelum akhirnya berimigrasi ke AS saat usianya 12 tahun.

Ia pun mengungkapkan kekecewaannya selama ini karena menemukan ketidaksetaraan ras, ekonomi, dan intoleransi agama di AS. "Demokrasi kita besar tetapi rapuh," kata Omar. (ase)