RI Tak Setuju Duterte Bom Penculik Tanpa Pikirkan Sandera

Korban sandera Abu Sayyaf yang berhasil dibebaskan dan dikembalikan ke negaranya masing-masing. Terlihat ada tiga WNI dan seorang warga Norwegia (berjanggut). Diperkirakan masih ada sekitar 27 sandera ditangan mereka.
Sumber :
  • VIVA.co.id/istimewa

VIVA.co.id – Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengaku akan memerintahkan pasukannya untuk mengebom kelompok ekstremis yang membawa para sandera, dalam upaya untuk menghentikan kasus penyanderaan yang kerap terjadi di perairan Filipina. Beberapa sandera adalah Warga Negara Indonesia.

"Saya telah memerintahkan kepada Angkatan Laut dan penjaga pantai bahwa jika ada penculik dan mereka berusaha untuk melarikan diri, bom mereka semua," ucap Duterte, seperti dikutip Inquirer, Senin 16 Januari 2017.

Duterte sebelumnya mengatakan bahwa ia telah memberikan izin kepada Indonesia dan Malaysia, untuk mengejar pelaku penyandera ke perairan Filipina dalam keadaan mendesak. Duterte pun mengaku telah memberikan perintah yang sama kepada pasukan Filipina.

Mantan wali kota Davao itu menegaskan, cara dan pendekatan seperti ini memungkinkan pemerintah untuk menumpas keberadaan kelompok penyandera. Ketika ditanya mengenai nasib para korban, Duterte pun meminta setiap orang untuk lebih waspada dan berhati-hati.

Menanggapi pernyataan ini, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal, menegaskan bahwa keselamatan sandera merupakan prioritas bersama. Saat ini masih ada empat warga negara Indonesia yang berada di tangan kelompok Abu Sayyaf.

"Kami memahami keinginan besar Presiden Duterte untuk memerangi kriminal dan Indonesia menghargai itu. Kami percaya pemerintah Filipina punya kebijaksanaan sendiri. Tapi, satu hal sejak awal, kami sepakat bahwa keselamatan sandera merupakan prioritas kita bersama," ujar Iqbal melalui pesan singkat.

Empat WNI kini masih disandera oleh kelompok penculik Filipina. Berdasarkan informasi dua diantaranya berada di Sulu, sementara dua lainnya berada di Tawi-tawi. Dari komunikasi terakhir dengan pihak keluarga, keempatnya dalam keadaan baik.

Pada akhir pekan lalu, Abu Sayyaf membebaskan seorang kapten kapal Korea Selatan dan seorang awak yang diculik tiga bulan lalu dari sebuah kapal kargo. Sandera kemudian diserahkan ke kelompok Moro National Liberation Front (MNLF), untuk kemudian diserahkan ke pihak berwenang.

Berdasarkan data, hingga kini masih ada 27 sandera yang kebanyakan adalah warga asing, berada di tangan Abu Sayyaf. Spekulasi menyebutkan, sebagian besar sandera dibebaskan dengan pembayaran tebusan.

Sebuah laporan rahasia menyebutkan, kelompok militan Abu Sayyaf mengantongi setidaknya 353 juta peso atau setara Rp97 miliar, dari tebusan penculikan selama enam bulan pertama tahun 2016. Abu Sayyaf biasanya menargetkan kapal tunda, yang bergerak lambat di perairan yang berbatasan dengan Filipina selatan, Malaysia dan Indonesia.

(ren)