China Kembali Berulah di Wilayah Laut Filipina

Foto terbaru soal pembangunan di wilayah sengketa di Laut China Selatan.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Presiden Rodrigo Roa Duterte memerintahkan angkatan lautnya untuk memasang “barikade” di wilayah perairan Filipina. Perintah ini disampaikan untuk menegaskan kedaulatan atas hamparan perairan di wilayah timur Filipina, Benham Rise.

Dilansir melalui kantor berita Reuters, Selasa 14 Maret 2017, Filipina pernah melaporkan sebuah kapal survey milik China tertangkap basah mengarungi daerahnya tahun lalu.

Atas insiden ini, Manila mengajukan protes diplomatik kepada Beijing setelah kapal itu terlacak berlayar bolak-balik di Benham Rise.

Benham Rise menjadi salah satu aset terbesar Filipina karena luasnya perairan tersebut. Laut ini terletak di sebelah timur dan dinyatakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2012 sebagai bagian dari landas kontinen Filipina dalam gugusan Kepulauan Kalayaan (Spratly) dan Scarborough Shoal (pulau karang).

Kepulauan ini juga diklaim oleh China. Filipina mengakui Benham Rise kaya akan keanekaragaman hayati dan pasokan ikan laut. Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, mengatakan instruksi Duterte bertujuan untuk meningkatkan patroli angkatan laut di daerah itu sebagai penegasan bahwa Benham Rise mutlak milik Filipina.

Meski demikian, Lorenzana mengungkapkan Presiden Duterte tidak menentukan barikade seperti apa yang akan didirikan. "Kami khawatir mereka tidak punya urusan saat berada di sana (Benham Rise)," kata dia.

Walaupun pihak China juga menjelaskan, namun Lorenzana menegaskan bahwa kapal itu jelas-jelas tidak hanya sekadar lewat tetapi berhenti beberapa kali - untuk jangka waktu yang berkelanjutan - di Benham Rise.

Lorenzana mencurigai adanya kegiatan ilegal yang dilakukan China di dekat Benham Rise. "Mereka melakukan survei uji kedalaman air untuk rute kapal selam ke (Samudera) Pasifik," ujarnya.

Tahun ini, China menggelontorkan US$151 miliar atau setara Rp2.023 triliun. Sementara itu, tahun lalu sebesar US$146,67 miliar (Rp1.965 triliun), dan pada 2015 sempat mencapai US$215 miliar (Rp2.881 triliun).

Kendati demikian, belanja pertahanan China ini jauh lebih kecil, atau seperempat dari total belanja militer AS yang mencapai US$1 triliun (Rp13.400 triliun). (ren)