Pakar Beberkan Faktor Masih Sulitnya Palestina Merdeka
- OIC-ES2016/Wendra Ajistyatama/pras/16.
VIVA.co.id – Pelanggaran hak asasi manusia di Palestina disebutkan terus terjadi. Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu, Israel secara agresif melakukan berbagai pembangunan baru di Wilayah Palestina meskipun telah banyak protes yang dilayangkan termasuk melalui PBB.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra mengatakan, ada beberapa faktor yang menghambat kemerdekaan di Palestina. Salah satunya yakni perpecahan dan konflik di antara negara-negara Arab sendiri dalam menyikapi agresivitas Israel.
"Beberapa negara Timur Tengah sudah mengakui Israel dan diam-diam mempunyai hubungan seperti Mesir, Yordania, Turki, Qatar itu punya hubungan dagang dengan Israel sehingga sikapnya berbeda-beda dan mengakibatkan posisi Palestina susah," kata Azyumardi di Jakarta, Senin, 22 Mei 2017.
Kondisi Israel yang semakin dominan makin menyulitkan warga Palestina untuk bisa memperoleh berbagai kebutuhan hidup. Misalnya, ketika membutuhkan bahan bangunan, warga harus melewati lubang atau terowongan galian di bawah tanah. Sementara di Mesir, warga Palestina pun tidak diterima dengan baik karena dianggap sebagai sumber kekacauan.
Dari sisi internal, faktor yang menghambat kemerdekaan yakni berlanjutnya konflik di antara bangsa Palestina sendiri yaitu Hamas dan Fatah.
Fatah dinilai lebih realistis dalam menghadapi Israel sehingga cenderung menerima two-state solution. Namun Hamas menganggap Fatah merupakan gerakan nasionalisme Palestina yang sekuler, berbeda dengan Hamas yang cenderung berorientasi keagamaan.
"Indonesia mendukung Palestina. Tapi kalau sesama bangsa tidak bisa akur, sulit mewujudkan one-single state Palestinian. Syarat bagi terwujudnya Palestina yang merdeka harus ada kerukunan internal," ujar dia lagi.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang mendukung Palestina telah bertindak melalui berbagai cara misalnya mendorong negara-negara Eropa yang sudah memberikan pengakuan terhadap Palestina. Indonesia dalam hal ini, sudah melakukan perannya dengan baik.
"Perlu konsolidasi negara-negara ini untuk membantu dalam proses perdamaian dan pencapaian Palestina yang berdaulat," kata dia.
Selain itu, Indonesia juga dapat memainkan peran yang lebih aktif karena Indonesia cukup dihormati negara-negara Timur Tengah.