Trump Ancam Masa Depan Anak-anak Imigran di AS
- REUTERS/Joshua Roberts
VIVA.co.id – Sejak diumumkan penghapusan DACA pada pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus dihujani protes. Tak hanya dari lawan politik di Partai Demokrat, aksi jalanan juga berlangsung menggugat keputusan Trump tersebut.
DACA atau Deferred Action Childhood Arrivals merupakan program yang diluncurkan oleh Presiden Barrack Obama sebagai kebijakan eksekutifnya. Program itu memberi kesempatan bagi pendatang tanpa dokumen ke AS untuk tinggal sementara waktu, namun hal ini hanya berlaku bagi pendatang dengan usia masih anak-anak.
Program yang dibuat pada tahun 2012 itu memberikan kesempatan bagi pendatang anak untuk mengecap pendidikan bahkan hingga akhirnya ikut kesempatan wajib militer. Setelah beberapa lama, mereka akan dinilai dan jika lolos penilaian bisa mendapatkan izin tinggal tetap di Amerika Serikat.
Banyak kalangan yang menilai bahwa rencana Trump menghapus DACA ini tak manusiawi. Disebutkan bahwa orang-orang yang masuk dalam program DACA, dalam kurun waktu yang ditentukan nantinya terancam dideportasi. Bahkan mereka bisa dikirimkan ke negara yang sejak awal sudah tidak familiar dengan pendatang ke AS itu. Kebijakan Trump dianggap juga memupus mimpi-mimpi para pencari suaka dan pengungsi anak yang menginginkan hidup di negara bebas, AS.
Dikutip dari laman Guardian, Trump meminta Parlemen segera membahas pengganti DACA dalam waktu enam bulan. Pasalnya, DACA yang hanya berdasarkan aturan kebijakan eksekutif era Obama dianggap tak punya legitimasi kuat dan harus digantikan aturan baru yang dikeluarkan DPR.
Sejak kampanye di Pemilu 2016, Donald Trump memang selalu menegaskan bahwa menanggulangi imigran akan menjadi prioritasnya termasuk mendeportasi para pendatang yang dianggap menjadi masalah.
Menyusul adanya penghapusan DACA ini, 15 negara bagian di AS sudah menggugat kebijakan Trump tersebut yakni Connecticut, Delaware, Hawaii, Illinois, Iowa, Massachusetts, New Mexico, New York, North Carolina, Oregon, Pennsylvania, Rhode Island, Vermont, Virginia dan Washington.
Sementara para ulama di Gereja Presbiterian juga meminta Trump tak melanjutkan rencana tersebut. Mereka mengingatkan bahwa orang-orang yang masih dalam program DACA atau bekas DACA merupakan jemaat penggerak dan pembawa dampak positif di kalangan mereka. (ren)