Singapura Tahun Ini Tak Lagi 'Diserbu' Kabut Asap

Warga Singapura menutupi hidung dengan masker saat menghadapi polusi kabut asap pada 2016.
Sumber :
  • REUTERS/Edgar Su

VIVA.co.id – Biasanya, di hampir setiap pertengahan tahun, Singapura selalu mengeluhkan “serbuan kabut asap” akibat kebakaran hutan maupun lahan gambut dari Indonesia. Namun, pada pertengahan tahun 2017 ini tidak lagi muncul keluhan itu.  

Demikian ungkap sejumlah warga Singapura saat berbincang-bincang dengan VIVA.co.id hari ini. Mereka berharap negeri mereka tidak lagi dilanda kabut asap seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena, selain mengganggu mobilitas juga membahayakan kesehatan.

Suhaimi Abdul termasuk warga Singapura yang bersyukur bahwa hingga pertengahan tahun ini tidak lagi diganggu kabut asap. Rutin berkendara ke Bandara Changi untuk menjemput tamu-tamu pemerintah dari luar negeri, Suhaimi mengaku kabut asap selalu mengganggu mobilitasnya, selain membuat nafasnya menjadi sesak

“Saya sempat khawatir apakah tahun ini sama seperti yang lalu-lalu, ternyata tidak mengalaminya lagi. Semoga tidak akan ada lagi serangan kabut asap untuk ke depannya,” ujar Suhaimi.

Hal senada juga diutarakan oleh seorang anggota parlemen Singapura, Amrin Amin. Rutin setiap Senin membuka layanan pengaduan dari masyarakat di wilayah pemilihannya, Sembawang, Amrin mengaku belum ada keluhan dari warga mengenai kabut asap.

“Tahun lalu saya masih mendapat keluhan dari warga mengenai kabut asap. Mereka saat itu bertanya-tanya, ‘Kenapa ini terus terjadi, kan ini sangat mengganggu dan berbahaya bagi kesehatan.’ Tapi untuk tahun ini laporan  seperti itu belum saya dengar,” kata Amrin, yang juga sebagai pejabat senior Kementerian Dalam Negeri Singapura.

Setahu dia, tiadanya ancaman kabut asap pertengahan tahun ini di Singapura bisa jadi disebabkan arah angin. Namun, Amrin juga yakin bahwa ini juga berkat usaha yang kian serius dari Pemerintah Indonesia dalam meminimalisir kebakaran hutan di Sumatra sehingga tidak menimbulkan gangguan kabut asap.

“Saya memberi apresiasi atas usaha maksimal Indonesia untuk mencegah terulangnya gangguan kabut asap. Kabut asap ini sebelumnya tidak saja menyusahkan Singapura, namun juga di Indonesia. Seperti di Riau yang dekat dengan sumber kebakaran lahan,” kata Amrin.

Badan Lingkungan Hidup Singapura (NEA) akhir Juli lalu memperkirakan, bahwa kecenderungan serbuan kabut asap ke Singapura diperkirakan rendah, walau masih ada beberapa titik di Indonesia mengalami kebakaran hutan. Itu karena embusan angin atas Sumatra diperkirakan terus bergerak dari tenggara atau selatan.

Seperti diberitakan Today, pertengahan tahun ini ada sekitar 180 titik api di Indonesia, yaitu di Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Namun, jumlahnya berkurang cukup banyak dibanding pada 2015. Kabut asap saat ini menyelimuti sebagian besar Asia Tenggara. (mus)