Syafii Maarif Ragukan OKI 'Bergigi' Respons Donald Trump

Unjuk rasa menentang Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside

VIVA – Kebijakan Presiden Amerika Donald Trump mengaku Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan segera memindahkan kedubes AS ke Yerusalem dari Tel Aviv membuat posisi Amerika Serikat sebagai barometer negara demokrasi dipertanyakan.

Donald Trump sebagai pemimpin negara demokrasi terbesar dinilai sebagai figur yang kurang memiliki adab. 

"Kalau saya nilai Trump itu tak bedanya dengan Presiden Korea Utara Kim Jong-un yang menganut Komunis," kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif di Kampus UNY, Yogyakarta Rabu 13 Desember 2017.

Guru Besar UNY ini juga pesimistis dengan langkah negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI untuk menyatakan sikap tegasnya merespons kebijakan gila Trump.

"OKI itu sekarang tak ada apa-apanya," ungkapnya.

Buya Syafii juga meragukan sikap dari Arab Saudi untuk bersuara keras karena Trump diketahui punya hubungan baik dengan Raja Salman sedangkan Putra Mahkota Saudi punya hubungan baik dengan menantu Trump.

"Kacau sekali ini. Bagaimana Arab ajak bersikap tegas dengan Trump," ucapnya.

Buya Syafii menilai bahwa sikap pemerintahan Jokowi sebenarnya cukup baik dengan membela Palestina. Namun dia mengingatkan bahwa hal itu tidak cukup untuk bisa menghentikan ulah kontroversial Trump.

"Harusnya semua negara bersatu melawan kebijakan Trump karena masalah Palestina bukan masalah agama namun masalah kedaulatan negara dan perjanjian PBB yang diterjang Amerika," katanya.