Pemkot Depok Tanggung Biaya Korban Hepatitis A, Ada Tapinya

Suasana di SMPN 20 Depok yang sejumlah siswanya diduga terjangkit hepatitis
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Jawa Barat, dokter Novarita menegaskan biaya pengobatan mereka yang terjangkit virus Hepatitis A ditanggung pemerintah Depok.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, jika telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa atau KLB, artinya semua biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah. Namun hanya pasien tertentu saja yang ditanggung biayanya.

Kasus Hepatitis A yang awalnya mewabah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Depok itu kini menyebar hingga ke wilayah lain di kota tersebut. 

“Tapi hanya untuk yang di rawat di kelas tiga di RSUD Depok. Intinya harus ada rekomendasi dari pihak sekolah atau ada kaitanya. Maka itu kami tanggapi seperti anggota keluarganya atau temannya, yang penting ada datanya akan kita cover,” jelasnya.

Novarita mengatakan, dana yang disiapkan itu berasal dari anggaran bantuan tidak terencana yang bersumber pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). “Jadi kita cover selama masih dalam status KLB,” tuturnya.

Novarita mengatakan, status KLB ini diberlakukan sejak 20 November 2019 hingga 20 Januari 2019. Terkait hal itu, Dinas Kesehatan Kota Depok telah menyebarkan surat keterangan kewaspadaan dini kepada seluruh camat, lurah, Puskesmas, Rumah Sakit, dan instansi lain agar segera melaporkan apabila ada gejala-gejala yang menunjukkan indikasi Hepatitis A seperti pusing, mual, demam serta kulit dan mata kekuningan.

“Ini sebagai bentuk antisipasi kami juga, kalau ada kasus segera laporkan ke kami Dinas Kesehatan,” katanya.

Dinas Kesehatan Kota Depok telah menerima laporan adanya ratusan murid yang terjangkit Hepatitis A di SMPN tersebut. Dan dari hasil pemeriksaan sampel terhadap 70 orang, 51 di antaranya positif terjangkit Hepatitis A sedangkan sisanya negatif.

Dinas Kesehatan tersebut menyebutkan kondisi ini masuk dalam KLB parsial karena hanya terjadi di satu wilayah (SMPN 20). Namun karena terus menyebar akhirnya meningkat menjadi KLB. Akan tetapi Dinkes belum mengumumkan wilayah mana saja yang terdampak virus tersebut.