BPPT Akui Kurang Mengantisipasi Peringatan BMKG soal Cuaca Ekstrem

Salah satu ruas jalan di Jakarta yang terendam air usai hujan deras.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Twitter

VIVA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mengakui kurang menindaklanjuti peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada akhir Desember lalu, terkait prakiraan hujan lebat yang akan mengguyur Jabodetabek awal 2020.

Kepala BPPT, Hammam Riza, mengatakan semestinya setelah peringatan BMKG itu diterima, pihaknya segera menerapkan teknologi guna mengantisipasi tingginya curah hujan yang menyebabkan bencana banjir tersebut.

"Antisipasinya kurang. Kami tidak menduga bahwa hujan (di malam tahun baru) turun begitu banyak dan kemudian menyebabkan banjir," kata Hammam di kantornya, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat, 3 Januari 2020.

Haman menjelaskan, sejumlah faktor memang turut menjadi penyebab dari bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah dalam beberapa hari terakhir ini.

Selain intensitas hujan yang tinggi, ada beberapa faktor lain juga turut mempengaruhi hal tersebut, seperti tanggul jebol yang terjadi di sejumlah titik banjir.

Karenanya, guna menindaklanjuti prakiraan BMKG selanjutnya terkait potensi hujan lebat yang masih terjadi pada 5-10 Januari mendatang, Hammam mengaku pihaknya akan segera mengantisipasi hal tersebut.

Dia memastikan, BPPT akan menggandeng sejumlah pihak terkait guna melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) berupa penyemaian awan menggunakan garam.

Hal itu bertujuan untuk meredistribusi hujan ke wilayah laut Indonesia, dan meminimalisir intensitas hujan di daratan mencapai sekitar 30-40 persen.

"Pengalaman kami pada di tahun 2013-2014 lalu, dengan penyemaian awan di operasi TMC ini akan bisa mengurangi 30-40 persen curah hujan, atau sekitar 50 milimeter curah hujan per hari," ujarnya. (ase)