8 Fakta Yodi Prabowo Editor Metro TV Bunuh Diri

Editor Metro TV Yodi Prabowo
Sumber :
  • metro tv

VIVA – Kematian Editor Metro TV, Yodi Prabowo yang diduga kuat akibat bunuh diri menuai kontroversi. Keluarga korban tidak percaya kalau Yodi bunuh diri. Padahal, jajaran Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah membeberkan fakta-fakta proses penyelidikan.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus mengatakan, Yodi Prabowo ditemukan dalam keadaan tewas di pinggir Tol JORR Ulujami, Pesanggrahan, Jumat, 10 Juli 2020. Untuk menelusuri penyebab kematiannya, dibentuk tim khusus oleh Kapolda Metro Irjen Nana Sudjana.

Baca juga: Hukum Mengucapkan Selamat Ulang Tahun Versi UAS

“Telah dilakukan pemeriksaan terhadap 34 orang saksi, ada beberapa saksi diperiksa tambahan, olah TKP (tempat kejadian perkara), melibatkan labfor, dokter forensik,” kata Yusri dikutip dari YouTube Polda Metro Jaya, Senin, 27 Juli 2020.

Lalu, bagaimana proses perjalanan jajaran Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya dalam melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian Yodi Prabowo tersebut.

“Ada beberapa analisa yakni hasil olah TKP, hasil labfor, kedokteran forensik, analisa CDD dan hasil pemeriksaan para saksi,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Tubagus Ade Hidayat.

1. Motor kondisi rapi

Tubagus mengatakan ada beberapa fakta yang didapat dari olah TKP, yakni motor Yodi terparkir dengan rapi di sebelah kiri tempat ditemukannya korban. Maksudnya, motor korban masih mulus tidak ada bekas kecelakaan dan kunci tergantung.

“Dari motor sampai nyeberang jalan sampai tembok, sampai TKP (tempat jenazah ditemukan), tidak ada ceceran darah yang ditemukan di tempat lain, kecuali di korban. Sudah diambil sampel darah milik korban, tidak ada ceceran darah kecuali dari korban,” kata Tubagus.

2. Tidak terdengar keributan dan barang korban masih lengkap

Selanjutnya, kata Tubagus, setelah korban ditemukan dicek keseluruhan barang. Ternyata, barang-barang milik Yodi tidak ada yang hilang, seperti handphone, dompet beserta isi, tas, kartu identitas dan lainnya. “Sudah dilklarifikasi keluarga,” ujarnya.

Selain itu, Tubagus mengatakan di TKP juga tidak terdengar adanya tanda-tanda perkelahian setelah memintai keterangan sejumlah saksi. “TKP masih rapi tidak ada menunjukan tanda-tanda perkelahian, memeriska saksi tidak mendengar adanya keributan,” ujarnya.

3. Cek sidik jari dan DNA

Tubagus mengatakan, jenazah pada posisi telungkup saat ditemukan di lokasi kejadian, dan ketika di balik ada pisau terletak di bawah badan korban. Asumsinya, tertindih dan di bawah ada pisau yang diduga kuat digunakan korban.

Kemudian, semua barang-barang milik Yodi yang ditemukan dari olah TKP itu dilakukan pengecekan laboratorium forensik, mulai dari sidik jari, DNA dan semuanya. Hasilnya, tidak ditemukan sidik jadi orang lain.

“Untuk menyamakan meyakinkan hal tersebut, polisi sudah melakukan swab, hasil tidak ada yang identik dengan apa yang tertinggal di TKP, semua milik korban. Tidak melihat adanya kehadiran orang lain berdasarkan hasil labfor,” ujarnya.

Bahkan, kata dia, pisau pun ternyata ujungnya jelas DNA milik Yodi. Artinya, pisau itu yang digunakan dari TKP kemudian dianalisa labfor dan diyakinkan pisau digunakan untuk melukai korban. “Hasilnya DNA korban, analisa TKP dan labfor,” katanya.

4. Pisau beli di Ace Hardware

Setelah tidak ada sidik jari dan swab orang lain, Tubagus mengatakan penyidik mencari bukti pendukung dengan pisau yang ditemukan di bawah badan jenazah Yodi. Menurut dia, pisau yang digunakan itu punya merek khas khusus dan dijual hanya di toko Ace Hardware.

“Pisau alat yang diduga kuat untuk melukai, bukti pendukung CCTV Ace Hardware. Ada berapa banyak pisau, hasil transaksi laku satu buah. Dicek CCTV, didapatkan fakta yang membeli pisau itu korban sendiri,” ujarnya.

Selanjutnya, pakaian yang dipakai Yodi saat membeli pisau sebagaimana terekam kamera CCTV itu, sama dengan pakaian pada saat jenazah Yodi ditemukan di TKP. Menurut dia, Yodi beli pisau sekitar 8 menit.

“Menuju ke tempat pisau, agak lama 2 menit, bergerak menuju kasir, bayar, parkir, tinggalkan tempat. Hanya satu yang dia cari, yaitu pisau. Dengan asumsi masuk 8 menit, selesai milih, datang ke kasir, parkir dan menuju ke kantor,” ujarnya.

5. Tak ada ancaman dan transaksi mencurigakan

Berdasarkan analisa CDR, tidak ada yang mencurigakan maupun ancaman dari luar maupun lainnya. Menurut Tubagus, memang ada transaksi korban berobat ke Rumah Sakit Ciptomangunkusumo.

“Dari analisa keuangan dia miliki dua, BCA dan Mandiri. Tidak ada transaski mencurigakan, HP tidak ada ancaman,” katanya.

6. Sempat konflik

Tubagus mengatakan penyidik memeriksa pacar Yodi, yakni S. Selain itu, teman dekat korban juga diperiksa inisial L. Menurut dia, memang sempat terjadi konflik tapi bisa diselesaikan. Korban memang selalu bilang ke pacarnya terkait ini berulang-ulang.

“Korban pernah menyatakan berulang-ulang kepada S setelah konflik yang sedemikian kuat, ‘kalau saya tidak ada bagaimana?’ Pengertian menurut tafsiran kami kalau saya meninggal. Ini disampaikan berulang-ulang,” katanya.

7. Diduga kuat bunuh diri

Tubagus mengatakan berdasarkan beberapa fakta yang diperoleh penyidik, mulai dari olah TKP, keterangan saksi, keterangan saksi ahli dan bukti petunjuk lainnya maka penyidik menyimpulkan yang bersangkutan diduga kuat melakukan bunuh diri.

“Kami tetap membuka diri kalau ada memang informasi dan lain sebagainya, tapi fakta yang kami himpun dari pemeriksaan di TKP, pemeriksaan saksi dari keterangan ahli, bukti pendukung dan dokumen-dokumen yang lain maka kami berkesimpulan diduga kuat bahasanya,” katanya.

8. Keluarga keberatan

Ayah Yodi Prabowo, Suwandi mengaku belum bisa menerima kesimpulan polisi atas pengungkapan kasus kematian anaknya karena bunuh diri akibat depresi. Padahal, Suwandi tidak melihat gelagat anaknya mengalami depresi. 

Saat terakhir pamitan kerja, Yodi tidak memperlihatkan gelagat aneh. Seperti biasanya, Yodi belikan sarapan untuk adik-adiknya dan bercanda sebelum kerja. Lalu, Yodi berangkat kerja ke kantor Metro TV sebagai editor video, dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 

"Kalau dia depresi pasti dia tidak akan fokus, tidak akan bisa edit gambar, pasti dia enggak akan fokus bekerja," kata Suwandi kepada tvOne.

Selain itu, Suwandi mengatakan, anaknya juga berencana menikah tahun depan dan beli laptop untuk kerja sampingan menambah penghasilan di rumah, serta berencana mengobati adiknya ke pengobatan alternatif.

"Kalau orang depresi, putus asa, dia enggak akan melakukan itu, berarti dia punya harapan ke depan," ujarnya. 

Oleh karena itu, Suwandi menilai kesimpulan polisi bahwa anaknya tewas karena bunuh diri belum melegakan pihak keluarga. Sebab, ia melihat langsung ke TKP tidak melihat gelagat anaknya bunuh diri. 

"Ketika saya lihat di TKP itu pakaian anak saya masih bersih, pakai masker, pakai helm. Kan menurut TKP ada luka di dada empat, tiga luka enggak dalam, satu dalam. Kalau ditusuk paling enggak ada darah ngucur sampai celana. Ada tusukan di leher, itu kan paling enggak ada darah di masker di helm, ini kan saya lihat faktanya bersih," katanya.