Pasien COVID-19 Antre Masuk IGD RSUD Depok

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, Devi Maryori.
Sumber :
  • VIVAnews/ Zahrul Darmawan (Depok)

VIVA – Daya tampung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, Jawa Barat, sudah nyaris melebihi kapasitas. Bahkan, saat ini banyak pasien dengan kondisi positif COVID-19 terpaksa harus antre untuk mendapatkan layanan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

“Per hari kemarin pasiennya 102 orang, untuk ruangan IGD full lagi banyak antrean, menunggu pasien-pasien yang lain keluar,” kata Direktur Utama RSUD Depok, Devi Mayori, saat dikonfirmasi, Selasa 29 Desember 2020.

Ia menjelaskan, tadi malam yang sudah keluar baru dua orang, dan kembali masuk antrean dua orang. Saat ini kondisi ruangan HCU pun telah penuh.

Baca juga: Wagub Riza Sebut Bisa Saja Tarik Rem Darurat di Jakarta

Insya Allah minggu depan awal Januari ICU kami bertambah 6, bed-nya yang nambah, sekarang sudah ada 2. Nah tambahan 6 bed lagi karena saat ini kita tidak bisa menerima rujukan, itu untuk yang membutuhkan ICU,” jelasnya.

Terkait hal tersebut, Devi mengaku pihaknya sedang berupaya mencari rujukan ke rumah sakit lain. Ini agar pasien tidak menumpuk di RSUD saja.

“Itu yang agak sulit. Sejauh ini tidak terlalu banyak dari RSUD yang keluar untuk ICU. Tapi, Alhamdulillah, rata-rata bisa tertanggulangi dengan baik,” ujarnya.

Devi mengatakan, pihaknya juga membutuhkan ruang pengawasan. Saat ini, lanjut dia, RSUD Kota Depok memiliki tujuh ruang pengawasan.

“Yang dipasang monitor pasien kita punya tujuh bed. 112 bed, kalau kemarin 102 bed, itupun kami melihat jumlah kondisi nakes [tenaga kesehatan],” katanya.

Ia mengaku, jika ada nakes sakit maka pihaknya tidak bisa bertugas secara optimal. Itu mengingat penanganan pasien COVID-19 berbeda dengan pasien yang sakit selain virus itu.

“Karena sangat pengaruhi jumlah nakes yang ada. Pasien COVID kan tidak seperti pasien lain, dia harus pengawasan. Kalau yang lain kan 7 pasien bisa satu perawat. Jadi kalau ada nakes yang sakit, itu mempengaruhi kami bisa menerima pasien-pasien tersebut,” tuturnya.

Kendala lainnya terkait kondisi ruangan adalah soal gender pasien. Jika berbeda jenis kelamin, maka tidak bisa dirawat oleh nakes tersebut.

“Misalnya ruangan kosong, tapi jenis kelamin beda. Misalnya yang mau masuk perempuan, yang kosong laki-laki itu kan enggak bisa masuk.”

Kemudian pasien lama yang mau sembuh, datang pasien baru. Harus menunggu benar-benar pasien itu sembuh dan kembali. Tidak bisa disatukan dalam satu ruangan.  

“Nah itu tidak bisa disatukan. Kapasitas berapa eggak bisa semua terisi kadang-kadang kendalanya seperti itu,” kata Devi.

Untuk diketahui, berdasarkan situs resmi Pemerintah Kota Depok, jumlah total kasus terkonfirmasi positif sampai Selasa siang tadi mencapai 16.689 orang. Sedangkan jumlah pasien aktif 3.343 orang, pasien yang sudah sembuh 12.938 orang, dan meninggal dunia 408 orang. (ren)