Pemudik Membludak, Polisi Terpaksa Buka Pos Penyekatan di Bekasi

Ribuan pemudik kendaraan roda dua menembus penyekatan di Bekasi.
Sumber :
  • VIVA/Dani

VIVA – Ribuan pemudik menggunakan kendaraan roda dua dari wilayah Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang dan Bogor (Jabodetabek) masih berusaha untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing, Rabu malam 12 Mei 2021. Niat tersebut sempat ditahan oleh penyekatan yang dilakukan oleh aparat kepolisian di Kedung Waringin Kabupaten Bekasi atau pembatasan dengan Kabupaten Karawang, Jawa Barat. 

Mereka pun tidak bisa melanjutkan perjalanannya, sementara polisi menghalau para pemudik untuk melakukan putar balik. Ada ribuan kendaraan roda dua yang tertahan di perbatasan antara Bekasi-Karawang.

Banyak dari mereka yang lebih memilih istirahat di pinggir jalan sambil menikmati kopi, dan rokok di lokasi itu. Ada dari mereka yang tertahan mulai dari satu jam, dua jam, hingga tiga jam lebih di lokasi perbatasan itu.

Banyak juga dari mereka yang mencoba mencari jalan 'tikus' agar bisa lolos dari sekatan polisi tersebut. 

Setelah beberapa jam, jumlah pemudik kendaraan roda dua semakin meningkat hingga akhirnya polisi pun terpaksa membuka palang pembatasan. Pemudik pun langsung tancap gas melintasi jalur pantai utara (Pantura) Jawa. Mulai dari Kawarang, Subang, Indramayu, Cirebon hingga menuju ke Pantura Jawa Tengah. Ada juga pemudik yang menuju Bandung, Jawa Barat. 

Demai, salah satu pemudik roda dua dari Jakarta ke Bandung, tertahan di lokasi perbatasan Bekasi-Karawang lebih dari satu jam. Ia merasa kangen ingin bertemu orang tua di kampung halaman tercinta, dan juga ingin silaturahmi bersama saudaranya di sana.

"Ya gimana ya mas (penyekatan ini), kita juga merantau sebenarnya kangen sama orang tua. Kita mudik, enggak mudik corona tetap ada," kata Demai kepada VIVA di Bekasi. 

Ia menyarankan kepada pemerintah dalam hal ini kepolisian agar tidak tidak dilakukan penyekatan di perbatasan itu. Apabila itu dilakukan maka akan lebih banyak menimbulkan kerumunan, dan masyarakat saling buka masker untuk makan dan minum, istirahat sambil menunggu aparat kepolisian membuka sekatan itu. 

"Pemerintah sebaiknya mudik jangan dipersulit, macet kaya gini kan, makan minum, bensin jadi nambah boros. Enggak ada untungnya juga, lebih baik dibuka saja biar lancar aja," katanya. 

Pemudik lainnya, Adi, yang dari Tangerang, ingin mudik lebaran Idul Fitri1442 Hijriah ke kampung halamannya di Pekalongan, Jawa Tengah, terpaksa terhenti di lokasi penyekatan tersebut. Ia ingin bertemu dengan orang tua, istri dan anaknya di kampung halaman pada lebaran Idul Fitri tahun ini. 

"Berdua sama adik, cuma adik di depan duluan terpisah naik motor sendiri-sendiri. Sudah tiga jam di perbatasan Bekasi- Karawang," katanya. 

Dengan adanya penyekatan ini, ia merasa sedih, sebab Idul Fitri ini momen untuk silaturahmi bersama orang tua dan keluarga di kampung halaman tercinta. 

"Ya sedihlah mas, kita sebagai pemudik mau silaturahmi ke orang dan saudara saudara 1 tahun sekali. Kita itu seakan-akan corona itu menjadi musuh masyarakat," kata Adi.