Pengusaha: Soal Macet, Jangan Salahkan Mal

Orang-orang di Pusat Perbelanjaan
Sumber :
  • Vivanews/ Ahmad Rizaluddin

VIVAnews - Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia, Handaka Santosa tidak sependapat jika keberadaan mal di Jakarta dituding sebagai biang kemacetan. Menurut dia, banyaknya pusat perbelanjaan justru akan mengurai kemacetan.

"Dengan banyaknya mal, maka masyarakat tidak terfokus pada satu tempat saja. Coba bayangkan jika hanya ada satu, betapa penuhnya pusat perbelanjaan itu," kata Handaka kepada VIVAnews.com.

Pernyataan itu disampaikan Handaka menanggapi rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghentikan sementara (moratorium) izin pendirian pusat perbelanjaan. DKI menilai pertumbuhan pusat perbelanjaan di Jakarta selama ini cukup pesat. Sehingga kondisi itu telah membawa implikasi bagi kemacetan lalulintas.

Hal senada disampaikan Kepolisian. Kepala Sub Direktorat Keamanan dan Keselamatan (Kansel) Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Yakub Dedy Karyawan mengatakan, pembangunan pusat perbelanjaan di Jakarta sudah di luar kendali. Banyak faktor yang tidak diperhatikan saat pembangunan, salah satunya adalah analisa mengenai dampak lalulintas.

Sebab, saat ini hampir seluruh tempat menjadi penyumbang kemacetan, karena banyak berdiri di kawasan yang padat.

Namun, Handaka menampiknya. Dia mengungkapkan, kemacetan yang terus menghantui Jakarta bukan disebabkan adanya mal. "Kalau Jakarta macet itu sudah pemberian," tambahnya. Pendirian mal di suatu kawasan adalah sebagai alternatif supaya warga tidak bepergian jauh.  

Sementara itu, Handaka berharap moratorium tidak berlaku dalam jangka waktu lama. Saat ini, di Jakarta memiliki  68 pusat perbelanjaan yang meliputi mal dan trade center. Dan dalam beberapa tahun ke depan, diperkirakan sektor ini masih bisa tumbuh sekitar lima sampai 10 persen dari total yang ada saat ini.

"Dengan pendapatan per kapita warga Jakarta yang mencapai 10 ribu dolar Amerika Serikat (AS), dan pertumbuhan ekonomi 6,5 persen. Pasar masih bisa menyerap keberadaan pusat-pusat belanja baru," jelas Handaka menyampaikan. (adi)