Beredar Buku Ajarkan Mesum, Pemerintah Jangan Diam

Buku kontroversial karangan Toge Aprilianto
Sumber :
  • Brilian Internasional

VIVA.co.id - Buku berbau unsur mesum kembali beredar. Tulisan karya Toge Aprilianto yang berjudul "Saatnya Aku Belajar Pacaran" itu membuat warga resah. Sebab, dalam buku itu menjelaskan cara berpacaran yang tidak sesuai dengan nilai agama.

Bukan hanya itu, buku tersebut juga sudah merusak pola pikir generasi muda. Anggota DPD RI, Fahira Idris angkat suara.

Dia menyayangkan buku yang berbau mesum itu dapat lolos dari penerbit dan dijual di toko buku. Dia meminta pemerintah segera ambil sikap.

“Pemerintah harus ambil tindakan agar ada efek jera, baik bagi penulis maupun penerbit yang menerbitkan buku-buku mengandung ‘racun’ seperti ini. Pemerintah jangan hanya diam. Jangan harap revolusi mental tercipta kalau buku-buku seperti ini masih ada di pasaran," ujar Fahira dalam pesannya kepada VIVA.co.id.

Fahira yang juga wakil ketua Komite III DPD yang antara lain mengurusi bidang pendidikan, keagamaan, budaya, dan perlidungan anak ini menjelaskan, dari gaya bahasa yang digunakan penulis, buku tersebut ditujukan untuk kalangan remaja.

"Buku ini sangat bahaya. Saya menyebutnya buku racun karena menganggap berzina adalah hal yang biasa. Di mana tanggung jawab moral penulis dan penerbit. Tega-teganya buku seperti ini dilempar ke pasar,” kata dia.

Dalam kasus yang sudah berulang kali terjadi, pemerintah, lanjut Fahira, diminta jangan hanya menjadi pemadam kebakaran, di mana baru bertindak saat kejadian sudah ada.

Dia menerangkan, buku tersebut juga sangat meresahkan dan berlawanan dengan agenda revolusi mental pemerintahan Jokowi-JK. "Saya minta menteri atau lembaga yang terkait dengan ini segera bertindak,” tuturnya.

Kecam Penerbit

Dia menambahkan, harusnya mulai dari penerbit, editor, hingga toko buku, punya saringan agar tak menjajakan buku beraroma mesum itu disajikan dan ke masyarakat baik lewat toko buku maupun lewat internet (online).

“Saya juga minta IKAPI beri sanksi kepada penerbit yang meloloskan buku dengan konten yang berpotensi merusak generasi muda ini. Perpustakaan nasional sebagai lembaga yang memberi ISBN juga saya minta lebih teliti. Buku-buku yang punya potensi merusak moral jangan diberi ISBN,” katanya.

Di samping itu, menurut dia, demi menjaga ketenteraman masyarakat dan menyelamatkan generasi muda, Pemerintah harus punya hak membuat aturan main pada penerbitan dan perizinan buku.

Untuk memberikan efek jera, dia meminta warga untuk memboikot semua produk dan tidak membeli buku di toko buku yang menjual buku mengandung konten berbahaya itu.

"Meski penulisnya sudah meminta maaf, namun saya berencana menempuh jalur hukum," kata Fahira. (art)