Si Jampang, Jagoan Betawi dari Depok

Si Jambang Jagoan Betawi
Sumber :
  • Ist.
VIVA.co.id
- Selain , Betawi juga memiliki pendekar legendaris, dialah Si Jampang. Nama si Jampang diambil dari nama daerah asal ibunya, yaitu daerah Jampang, Depok. Ayahnya berasal dari Banten. Si Jampang terkenal tampan, gagah perkasa, dan berani.

Si Jampang sangat piawai bermain silat. Dia juga kerap merampok harta milik tuan-tuan tanah maupun orang kaya yang tamak di daerah Grogol, Depok. Lalu, hasil rampokannya dibagi-bagikan kepada rakyat jelata.

“Jampang memang mirip . Bedanya, Pitung ada kisah melawan Belanda. Sedang Jampang diceritakan tidak melawan Belanda,” kata Andi Yahya, budayawan Betawi. Cerita Jampang ada beberapa versi dari berbagai sumber.

Sebuah versi menceritakan, konon, Si Jampang dan istrinya tinggal di daerah Grogol, Depok. Pada mulanya, mereka hidup berbahagia dan dikaruniai anak laki-laki yang sering dipanggil Si Jampang Muda. Namun, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama. Saat anak mereka mulai beranjak remaja, istri Si Jampang meninggal dunia karena sakit.

Sejak itulah, Si Jampang hidup menduda dan merawat anak semata wayangnya seorang diri. Sama halnya orangtua kebanyakan yang ingin melihat anaknya tumbuh menjadi anak saleh dan berguna bagi masyarakat, ia pun mengirim putranya ke pondok pesantren.

Sejak itu, sang anak lebih tinggal di pondok pesantren. Terkadang, ia pulang menemui sang ayah jika memerlukan uang pembayaran sekolah dan untuk biaya hidup. Si Jampang merasa kesepian. Selama menjalani hidup dengan kesendirian, Jampang mulai berubah.

Apalagi, ia melihat kehidupan masyarakat di sekitarnya semakin tertindas dan menderita akibat mendapat tekanan dari para tuan tanah dan para orang kaya yang kikir.

Dari situlah, muncul keinginannya ingin membantu rakyat Betawi, membebaskan mereka dari tekanan hidup. Si Jampang, kemudian memulai aksinya untuk membela rakyat kecil.

Si Jampang, kemudian merampok harta benda para tuan tanah dan orang-orang kaya di daerah Grogol. Mereka yang menjadi korbannya pun murka kepadanya. Namun, rakyat justru senang, karena sering mendapat bagian harta hasil rampokan si Jampang.

Sejak itulah, ia terkenal sebagai perampok dan menjadi buah bibir warga, tidak terkecuali di kalangan para kiai dan santri di pondok pesantren. Namun, apa yang dilakukan Si Jampang selama ini, justru membuat putranya malu, karena sepak terjang ayahnya itu. Suatu hari, putranya itu memutuskan pulang ke rumah dan berhenti sekolah di pondok pesantren.

Si Jampang yang pada awalnya tak bisa menerima alasan anaknya meninggalkan pesantren, akhirnya mulai menyadari posisi anaknya. Ia pun berpikir untuk mencari istri baru supaya ada sosok ibu yang bisa menjaga putranya itu. (asp)

![vivamore="Baca Juga :"]


[/vivamore]