Menguak Cerita Kekerasan di Balik Kematian Taruna STIP

Foto keluarga semasa Amir masih hidup.
Sumber :
  • Danar Dono - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Amirullah Adityas Putra, taruna tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, meregang nyawa setelah dipukuli seniornya. Kasus kematian Amir, menambah daftar panjang tindak kekerasan yang berujung kematian di sekolah pencetak pelaut andal itu. 

Menurut kakak kembaran Amir, Amarullah, kekerasan di STIP bukan perbuatan yang aneh dan tabu.
Karena, kata Amar, semasa hidup, Amir kerap menceritakan berbagai perbuatan kekerasan yang
selama ini berlangsung di sekolah itu.

Amar menuturkan, di STIP, setiap taruna terutama yang masih junior, dalam setiap hari setidaknya
harus menjalani ujian fisik yang berat. Salah satunya, taruna harus push up sebanyak 600 kali dalam
sehari.

"Di sana sehari push up 600 kali, sit up, latihan fisik keras pokoknya," ujar Amar saat berbincang di
rumah duka di Jalan Warakas III, Gang 16, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis, 12 Januari 2017.

Tak hanya uji fisik, kekerasan fisik juga sudah biasa terjadi. Amar menceritakan, dia pernah melihat tubuh adiknya terdapat tanda-tanda kekerasan.

Hal tersebut ia ketahui secara tidak sengaja saat mereka sedang berganti pakaian. "Sebulan lalu ada lebam di dada, dia juga pernah cerita kalau dulu pernah digamparin karena menaruh baju di depan lemari," kata Amar.

Selama ini, menurut Amar, Amir memang selalu tak mau menceritakan tentang kekerasan yang dialaminya di STIP. 

Seperti diketahui, Amir tewas setelah dipukuli empat seniornya di lantai dua kamar 205, Gedung Dormitory Ring 4, STIP Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Hasil pemeriksaan jasad Amir, terungkap dia tewas akibat mati lemas karena kekerasan fisik.