Pengamat: Elektoral Ahok di Warga NU Anjlok

Ketum PBNU Said Aqil Siradj
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yasin Fadilah

VIVA.co.id – Buntut sikap Calon Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, terhadap Ketua Majelis Ulama Indonesia, KH Ma'ruf Amin, berpengaruh pada elektoral atau suara di Pilkada DKI, 15 Februari 2017 nanti.

Peneliti peneliti di Centre for Indonesia Political and Social Studies (CIPSS), Mohammad Hailuki, menjelaskan, dalam budaya politik ada tiga tipe pemilih yang dikenal, yaitu parokial, subjek, partisipan.

"Kecenderungan warga NU didominasi oleh budaya politik parokial dan subjek. Yaitu sikap politik masyarakatnya ditentukan oleh pemimpin komunitas. Dalam hal ini adalah kiai NU yang menentukan sikap politik warga Nahdliyin (sebutan untuk warga NU)," kata Hailuki, saat dihubungi, Sabtu 4 Februari 2017.

Dalam kenyataannya, diakui oleh Hailuki, memang ada warga NU yang tidak menganut paham politik seperti itu, parokial dan subjek. Tetapi, jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan keseluruhan warga Nahdliyin tersebut.

Sebab kata dia, yang tidak mengikuti paham politik ini biasanya karena kesadaran sendiri. Walau banyak juga warga Nahdliyin dengan jenjang pendidikan sangat tinggi, tapi karena patuh pada kiai maka pilihan politiknya juga mengikuti.

Untuk itu, Hailuki melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Ahok kepada KH Ma'ruf Amin yang juga Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat sidang kasus dugaan penistaan agama, Selasa 1 Februari 2017 lalu, membuat dukungan ke Ahok juga turun.

"Kalau kita lihat statemen Ketum PBNU Kiai Said yang nyatakan Ahok bersalah, maka itu akan beri pengaruh bagi penurunan elektabilitasnya. Warga NU di DKI sebagian besar masih taat kepada pemimpin komunitasnya yaitu para kiai. Posisi Kiai Ma'ruf sebagai Rais Aam PBNU dan Ketum MUI tidak bisa dipisahkan," tutur pengamat politik Universitas Nasional itu. (one)