Pendaftaran Calon Rektor Dibuka, UI Libatkan BNPT

Ketua Pansus Pilrek UI, Prof Wiku Adisasmito
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan (Depok)

VIVA – Pendaftaran calon rektor Universitas Indonesia (UI) resmi dibuka hari ini. Dalam proses itu, Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P3CR UI) bakal melibatkan sejumlah instansi, di antaranya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).  

Ketua Pansus Pilrek UI, Prof. Wiku Adisasmito mengungkapkan, pendaftaran bakal dibuka hingga 2 Agustus 2019. Pendaftaran ini untuk menentukan pimpinan UI (rektor) periode 2019-2024. “Tentunya dengan ini kita mengharapkan putra-putra terbaik bangsa untuk ikut mendaftar,” katanya kepada wartawan.

Persyaratan yang wajib dipatuhi para calon pendaftar, di antaranya usia tidak lebih dari 60 tahun, Warga Negara Indonesia (WNI), dan gelar minimal adalah doktor. 

Pada tahapan proses yang transparan ini, pihaknya akan menjaring menjadi 20 orang untuk diserahkan pada Pansus Pilrek. Kemudian dijaring menjadi tujuh. Selanjutnya dari Majelis Wali Amanah (MWA UI) akan menjaring menjadi tiga kandidat.

“Nah dari tiga itu nanti pada tanggal 25 Agustus akan ditetapkan menjadi satu orang. Itu akan melibatkan wakil pemerintah dalam hal ini menteri pendidikan," ujarnya. 

Dia menambahkan, "Kita lakukan secara transparan. Kita menginginkan yang terbaik dan semua terbuka. Kami harapkan teman-teman media berpartisipasi memberitakan hingga proses usai agar semua bisa menyaksikan”.

Untuk memastikan latar belakang para kandidat, kata Wiku, pihaknya bakal melibatkan BNPT. Hal ini dinilai penting untuk menangkal adanya paham-paham radikal atau yang berbenturan dengan ideologi Pancasila.

“Kita melibatkan BNPT dalam hal ini untuk nasionalisme setia pada NKRI. Saya kira di situ sudah bisa terjawab, termasuk kita libatkan dari masalah kesehatan, kita libatkan Rumah Sakit Angkatan Darat,” ujarnya.

Selain BNPT, pemilihan calon rektor ini juga bakal melibatkan Badan Intelijen Negara (BIN) serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

“Saya rasa dari proses keuangan itu PPATK. Kemudian ada laporan pajak dan lain-lain semua sangat transparan, kebetulan kan di dalam sendiri ada bagian dari menteri keuangan. Nanti sebagai calon pejabat negara wajib melaporkan harta kekayaan,” ujarnya.

Pada hari pertama ini, menurut Wiku, pihaknya telah mendapat telepon dari tujuh orang yang ingin mendaftarkan diri. Namun, ia belum bersedia membocorkan sejumlah nama kandidat tersebut. Salah satunya disebut-sebut pernah menjabat sebagai rektor di kampus swasta.

“Ya kalau bisa kita harapkan ada menteri yang ikut daftar,” ujarnya.

Target UI

Wiku berharap, pada era kepemimpinan yang baru nantinya, UI dapat menembus lima besar di ASEAN dan bisa berkolaborasi dengan dunia swasta maupun industri untuk mengembangkan riset. “Dengan keterbatasan anggaran kan yang dibutuhkan dunia usaha. Dunia usaha butuhnya apa tinggal koordinasi dengan fakultas,” katanya.

Sebagai universitas nomor satu terbesar di Indonesia, lanjut Wiku, UI harus menjadi tolak ukur perguruan tinggi lainnya yang ada di Indonesia. “Saat ini kan harusnya peringkat dunia 292, sekarang kita turun menjadi 296, ini merupakan tanggung jawab kita bersama. Target paling tidak 200 besar jangan terlalu tinggi sudah lewat itu baru kita tingkatkan lagi,” ujarnya.

Dia melanjutkan, “Kita harus punya rektor yang memiliki pandangan jauh ke depan yang tidak hanya besar di dalam saja tapi juga dapat berkoordinasi dengan dunia luar". 

Sementara itu, Ketua MWA UI, Saleh Husin mengatakan, selain fokus pada ranking dunia, UI harus berkontribusi pada pembangunan nasional.

“Kita tentunya akan mengejar untuk bisa dapat ranking dunia karena itu menunjukkan kualitas perguruan tinggi. Tapi secara nasional kita harus berkontribusi untuk pembangunan ekonomi nasional dari berbagai aspek,” kata Saleh.