Takir Kawung, Sedekah Warga Tengger Untuk Bumi Pertiwi

Takir Kawung buatan warga Suku Tengger, dikimpulkan di Desa Jetak, tempat Upacara Tari Sodoran. (FOTO: Happy/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Warga Suku Tengger di Desa Jetak, Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, punya satu tradisi yaitu Takir Kawung atau sedekah untuk bumi pertiwi.

Persembahan warga ini, selain melestarikan budaya warisan nenek moyang, juga mengajarkan generasi muda untuk melestarikan bumi melalui upaya untuk mengurangi penggunaan plastik.

Takir Kawung, merupakan sesaji berupa isian hasil bumi dan makanan, yang dibuat menjelang Upacara Tari Sodoran, dalam rangkaian Yadnya Karo. Isinya antara lain Sega Gerit atau nasi jagung. Kedua adalah lauk pauk atau lazim disebut iwak osek oleh warga setempat.

Selanjutnya pada lapisan teratas, adalah kue-kue khas Tengger. Seluruhnya merupakan hasil olahan warga setempat. Wadahnya atau takirnya menggunakan anyaman janur.

“Takir Kawung ini merupakan sesaji yang dihaturkan pada leluhur. Untuk dikembalikan pada bumi pertiwi,” kata salah satu warga Tengger, Ngantoro, Senin (16/9/2019).

Selain berfungsi sebagai sesaji untuk leluhur, Takir Kawung juga berfungsi sebagai sarana penolak bala. Usai didoakan dan dibacakan mantra waktu upacara Tari Sodoran, Takir Kawung dibawa kembali pulang oleh warga setempat, lalu diletakkan ke ladang masing-masing warga.

“Takir Kawung ini pembuatannya sama sekali tidak memakai plastik. Jadi benar benar dari alam dan dikembalikan pada alam atau bumi pertiwi,” imbuhnya.

Hingga saat ini, tiap tahun warga Tengger di Probolinggo, Jawa Timur, masih memegang teguh dan melestarikan budaya tersebut. Ngantoro menyebut nantinya Takir Kawung yang diletakkan di ladang itu juga bisa berfungsi sebagai pupuk organic yang aman bagi bumi pertiwi.

Rangkaian perayaan Yadnya Karo ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Wisatawan asal Belanda, Albert menyebut selama berkunjung ke Indonesia, baru kali ini ia bisa melihat dari dekat ragam budaya yang ada, termasuk tradisi Takir Kawung.

Sebelumnya, hanya mengetahui melalui internet atau cerita dari rekannya yang pernah sampai ke Indonesia terutama kawasan Tengger, di lereng Gunung Bromo, Probolinggo.