Bamsoet Punya Tesla, Jokowi: Kalau Saya Kasih Sepeda untuk Apa?

Presiden Joko Widodo.
Sumber :
  • Twitter Joko Widodo

VIVA – Presiden Joko Widodo alias Jokowi memuji proses Presiden Jokowi pada Musyawarah Nasional (Munas) X Partai Golkar di Hotel Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta, Senin malam, 3 Desember 2019. Dalam pembukannya, dia merasakan hawa sejuk sejak masuk ke dalam ruangan tempat berlangsungnya munas di Hotel Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta.

"Saya tadi masuk pintu ruangan ini, hawanya sudah kelihatan sejuk. Saya yakin meskipun AC dimatikan, hawanya tetap sejuk. Karena sudah disampaikan oleh Pak Airlangga, saya sekali lagi ingin menyampaikan penghargaan apresiasi tinggi terhadap kesejukan tadi," ujarnya, dikutip dari tvOne.

Jokowi kembali memuji bahwa Munas ke-10 Partai Golkar yang berlangsung malam ini menunjukkan persaudaraan dan kerukunan yang baik. Dia juga memberikan apresiasi terhadap Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang mundur dari bursa Ketum Golkar lima tahun ke depan.

Peserta Munas Partai Golkar pun berteriak supaya Jokowi memberikan sepeda kepada Bamsoet karena keputusannya tersebut. Namun, dia menolaknya lantaran Bamsoet memiliki mobil mewah.

"Sekali lagi ingin mengajak semuanya memberikan tepuk tangan untuk Bapak Bambang Soesatyo. Kalau Pak Bambang jangan diberi sepeda dong, beliau ini pemilik Tesla nomor satu. Kalau saya kasih sepeda buat apa? Kalau bisa, saya yang diberi Tesla, tapi jangan, nanti masuk gratifikasi," ungkap Jokowi disusul tawa.

Lebih jauh Jokowi menyampaikan bahwa stabilitas internal Partai Golkar penting bagi suasana politik nasional. Ia menegaskan bahwa jika terjadi gesekan di Partai Golkar akan membawa suasana buruk bagi politik nasional.

"Karena kalau Golkar panas, perpolitikan juga nasional panas. Sebetulnya juga enggak apa-apa dalam demokrasi. Tapi kalau ada kerukunan kenapa yang panas panas,"kata dia.

Jokowi menuturkan bahwa Partai Golkar ialah partai besar yang menjadi aset negara. Oleh karena itu, sebaiknya dijaga bersama.

"Sekali lagi kalau Golkar goyang, perpolitikan nasional goyang. Kalau Partai Golkar panas, perpolitikan nasional panas. Kalau Partai Golkar dingin, perpolitikan nasional juga ikut dingin," tuturnya.