Akhir Mei Puncak Kasus COVID-19?

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Direktur Lembaga Eijkman, Prof Amin Soebandrio menyampaikan pemaparannya terkait puncak kasus virus corona atau COVID-19. Hal itu disampaikan oleh Amin pada diskusi Satu Asa Lawan COVID-19 di channel YouTube Survei KedaiKOPI, Rabu, 22 April 2020.

Amin menyampaikan ada beberapa prediksi yang telah dibuat oleh beberapa lembaga maupun perorangan terkait puncak COVID-19. Namun, ia lebih ingin menyoroti terkait skenario yang digunakan agar grafik puncak tidak terlalu tajam.

"Kalau menurut pendapat saya, bicara kapan puncaknya banyak yang memprediksi ada yang dua minggu, satu minggu, tentu itu didasari dari rumusnya ya. Tapi, sebenarnya tidak cukup kapan. Yang terpenting seberapa tinggi puncaknya seberapa besar kurvanya," kata Amin.

Amin memaparkan jika puncaknya mencapai 100 ribu orang yang terinfeksi setelah itu turun drastis dan 80 persen harus mendapatkan perawatan ia mempertanyakan kesiapan fasilitas kesehatan jika harus menampung puluhan ribu orang.

"Dari data sekarang saja yang terinfeksi ada 80 persen dirawat, nah kita bisa bayangkan kalau jumlah yang terdeteksi itu 100 ribu bayangkan ada 80 ribu dirawat apakah fasilitas kesehatan kita sudah kuat?" katanya.

Amin juga menyampaikan skenario lain di mana puncaknya tidak terlalu tinggi sekitar 15 ribu orang. Berarti tidak terlalu banyak yang harus mendapatkan perawatan. Dengan pengujian cepat ataupun flat hasil jumlahnya akan sama tetapi yang berbeda kesiapan fasilitas kesehatan.

Ia menyampaikan jika dengan menggunakan skenario flat kemungkinan puncak kasus COVID-19 akan terjadi pada akhir Mei 2020 hingga awal Juni 2020.

Begitu pula survei yang dilakukan KedaiKOPI, warga Jabodetabek cukup optimistis jika bulan Mei akan menjadi akhir dari wabah COVID-19. 22,9 persen menyatakan sangat optimistis terkait hal itu.