Sespri Habibie: Keluarga Cendana Diundang tapi Tak Pernah Datang

Keluarga Cendana saat panen padi.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Keluarga besar Presiden ke-2 RI Soeharto tidak hadir di pemakaman maupun rumah duka mendiang Presiden ke-3 RI BJ Habibie. Karangan bunga kiriman dari keluarga Soeharto pun tidak tampak di rumah duka Patra Kuningan.

Sekretaris Pribadi BJ Habibie, Rubijanto mengatakan, setiap digelar acara besar seperti ulang tahun atau pun buka puasa bersama, keluarga Cendana selalu diundang oleh pihak Habibie. Namun, tak satu pun perwakilan Cendana menghadiri undangan tersebut.

Ketika ditanya apakah di saat kepergian Habibie, keluarga Cendana ada yang hadir, Rubijanto mengatakan tidak melihatnya. "Eggak ada, mungkin mereka sibuk, sedang ke luar kota. Saya tidak tahu. (Acara lain) belum pernah hadir," ujarnya pada VIVAnews.

Pantauan reporter VIVAnews, sejak Habibie menghembuskan napas di RSPAD, keluarga Cendana tidak terlihat. Begitu juga, ketika jenazah Presiden ke-3 itu sudah di rumah duka di Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan. 

Tak terlihat satupun, baik Mbak Tutut, Tommy maupun Titiek Soeharto yang datang untuk sekedar perpisahan terakhir kalinya dan mendoakan Habibie.

Hingga pengajian malam pertama pun, berdasarkan pantauan, tidak ada perwakilan keluarga Cendana yang datang.

Diketahui, hubungan tidak harmonis antara Habibie dengan Soeharto diungkapkan oleh jurnalis senior yang juga pemerhati politik nasional, Salim Said.

Salim mengaku cukup mengenal profil Habibie, terutama karena jasa ayah dua anak inilah dia dapat studi hingga meraih gelar doktor di Amerika Serikat.

Habibie, katanya, memang seorang teknokrat tulen, namun cukup menguasai dunia politik hingga kemudian Soeharto mengangkatnya sebagai Wakil Presiden, lalu menjadi Presiden menggantikan Soeharto pada 1998.

Menurut Salim, Habibie tak pernah secara khusus belajar ilmu politik atau menjadi praktisi politik. Habibie memahami dunia politik melalui proses belajar seiring aktivitasnya di dunia politik, terutama ketika dia kali pertama menjadi menteri di pemerintahan Presiden Soeharto.

"Ketika beliau kali pertama menjadi menteri, beliau tidak banyak tahu mengenai politik. Karena terus-menerus berada di pemerintahan, beliau belajar banyak. Dia kan pernah mengatakan [bahwa] Soeharto itu profesor dia. Jadi, bisa dikatakan, beliau belajar dengan mengamati Pak Harto," katanya.

Salim akhirnya bercerita banyak hal tentang hubungan Habibie dengan Soeharto, di antaranya perihal Soeharto memutuskan hubungan dengan Habibie. (asp)