Jokowi Sebut Karhutla di Sumatera dan Kalimantan Berkurang Drastis

Kebakaran hutan dan lahan gambut di Muarojambi, Provinsi Jambi, beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

VIVA – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan pada September 2019, sempat menimbulkan masalah lagi setelah 2015. Seperti di  Provinsi Riau, udara di daerah itu bahkan masuk pada kategori sangat berbahaya lantaran kabut asap yang menyelimutinya.

Pemerintah pusat disorot dan dikritisi. Pemerintah dianggap tidak mampu mengatasi persoalan yang hampir setiap tahun terjadi. Tahun 2015, kejadian serupa pernah melanda Sumatera dan Kalimantan. Namun mereda di 2016 hingga 2018.

Akibat karhutla itu, tidak sedikit yang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sekolah-sekolah sempat diliburkan beberapa hari, sampai udara layak hirup.

Presiden Joko Widodo lantas terbang ke Pekanbaru, Riau. Begitu tiba langsung memimpin rapat terbatas penanggulangan karhutla. Esok harinya, juga mengikuti Salat Istisqa, salat untuk meminta hujan.

Usai Presiden turun langsung, beberapa hari ini udara di Sumatera dan Kalimantan disebut sudah mulai membaik. Titik kebakaran juga turun.

"Kerja keras para Manggala Agni, jajaran TNI dan Polri, BPPT dan BMKG, BNPB, serta BPBD dan Masyarakat Peduli Api di Sumatera dan Kalimantan telah menunjukkan hasil," tulis Presiden Jokowi dalam akun twitter pribadinya @jokowi yang diunggah Jumat, 4 Oktober 2019.

Kepala Negara menyebutkan, titik api kebakaran yang sebelumnya sangat banyak, kini berkurang drastis. Jokowi pun mengunggah video berdurasi 1 menit yang menunjukkan kerja keras dalam upaya penanggulangan karhutla.

"Alhamdulillah, sepekan terakhir, kebakaran hutan dan lahan telah berkurang jauh," ujar mantan Gubernur DKI itu dalam cuitannya. (ren)

>