Kebakaran Gunung Arjuno Ancam Sumber Mata Air Warga

Tim gabungan bersiap memadamkan api di Gunung Arjuno.
Sumber :
  • VIVAnews/ Lucky Aditya (Malang)

VIVA Kebakaran hutan Gunung Arjuno, Jawa Timur mengancam sumber mata air di gunung setinggi 3.339 meter di atas permukaan laut itu. Sumber air dari Gunung Arjuno dimanfaatkan oleh warga dari tiga daerah, yakni Kota Batu, Malang, dan Pasuruan.

Sejauh ini, api masih terlihat di dua titik yakni Blok Candi Teleh, Singosari Malang dan Blok Curah Sriti dan Blok Pusung Lembu, Singosari Malang. Satuan tugas kebakaran hutan dan lahan Gunung Arjuno pun telah diberangkatkan sejak Minggu, 14 Oktober 2019.

Tim ini terdiri dari TNI, Polisi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Perhutani dan relawan. Totalnya sebanyak 250 personel.

"Kebakaran hutan dan lahan secepatnya dipadamkan karena mengancam terjadi bencana lainnya, yaitu tanah longsor. Ini yang harus kita antisipasi," kata Komandan Kodim 0818 Wilayah Kabupaten Malang dan Kota Batu Letkol Inf Ferry Muzawwad, Senin, 14 Oktober 2019.

Pemerintah Kabupaten Malang menetapkan status tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu jumlah personel yang diterjunkan cukup besar. Mereka bakal memadamkan api dengan alat manual dan menggunakan metode sekat bakar, agar api tidak meluas hingga sumber air.

"Kita bersama-sama berdoa, semoga hari ini turun hujan dan utamakan keselamatan selama beraktivitas memadamkan api bagi personel di lapangan," ujar Kapolres Malang Ajun Komisaris Besar Polisi Yade Setiawan Ujung.

Sementara ancaman longsor dan banjir bandang juga menghantui masyarakat sekitar lereng Gunung Arjuno. Sebab, pada tahun lalu pascakebakaran di Gunung Arjuno, banjir dan longsor membawa potongan kayu, lumpur dan batu dari gunung ke permukiman penduduk.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Tahura Raden Soerjo, Dinas Perhutanan Provinsi Jawa Timur, Ahmad Wahyudi, mengatakan personel di lapangan menyisir lokasi sejauh 5 kilometer dari pos Buduk Asu Desa Toyomarto menuju puncak gunung untuk melakukan pemadaman.

Kebakaran awal terjadi Kamis, 10 Oktober 2019. Sedangkan jalur pendakian telah ditutup sejak kebakaran awal pada 29 Juli 2019 lalu. "Sisa-sisa kebakaran masih ada, tim gabungan fokus memadamkan sisa api dan bara. Nanti kita menyisir lokasi, memadamkan bara, sebab bara itu masih mengancam kebakaran baru bila tertiup angin," ujar Ahmad Wahyudi.