Kasus Teror Novel Menguap, Bisa Apa Kapolri Pengganti Tito

Novel Baswedan, Sarasehan Budaya Dua Tahun Novel.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Indonesia Corruption Watch (ICW) meragukan Kapolri baru pengganti Tito Karnavian bisa membongkar kasus teror air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan.

Presiden Jokowi telah mengajukan Kabareskrim Komisaris Jenderal Idham Azis sebagai calon tunggal Kapolri ke DPR. Idham diproyeksikan menggantikan Tito yang diangkat menjadi Menteri Dalam Negri.

"Kami memprediksi jalan di tempat ya. Karena baik Tito maupun Idham kan bagian kepolisian," kata Peneliti ICW Kurnia Ramadhana di Kantor ICW, Jakarta Selatan, Senin, 28 Oktober 2019.

Kurnia menyatakan kepolisian telah menangani kasus air keras terhadap Novel selama lebih dua tahun lebih, tetapi belum juga berhasil mengungkap pelaku penyerangan.

Kurnia mendorong Jokowi bisa tegas meminta Polri mengungkap kasus Novel.

"Jadi, kalau tidak ada arahan dan batas waktu yang jelas. Bahkan kita berpikir harus ada punishment dari presiden jika pimpinan tidak bisa selesaikan kasus ini, maka kasus ini akan hilang begitu saja," ujarnya.

Kurnia menyebut kasus penyiraman air keras Novel itu seharusnya tak sampai memakan waktu lama. Terdapat sejumlah bukti yang sudah dikumpulkan tim Polri, baik rekaman CCTV di rumah Novel maupun keterangan saksi lainnya.

Menurutnya, persoalan kasus penyiraman air keras Novel ini bukan sebatas soal bisa atau tidak bisa mengungkap. Namun, melainkan mau atau tidak mau untuk menangkap pelaku dan dalang penyerangan.

Kurnia pun meminta Polri menyampaikan kepada publik hasil pengusutan Tim Teknis, yang dipimpin Idham Azis.

"Itu mungkin kesimpulan yang ada di benak publik lihat negara lamban tangani kasus Novel," imbuhnya.

Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017. Teror ini dilakukan saat penyidik senior KPK itu menunaikan salat subuh di masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Teror penyiraman air keras ini membuat mata kiri Novel terluka parah. Pengungkapan yang tak jelas membuat aktivis anti korupsi menyuarakan keadilan bagi Novel.

Salah satu desakan agar Jokowi selaku Presiden membentuk tim gabungan pencari fakta atau TGPF yang independen. TGPF independen ini diperlukan karena diduga ada keterlibatan jenderal polisi dalam penyerangan Novel.

Merespons hal ini, Tito Karnavian yang diminta Jokowi sempat membentuk TGPF pada 8 Januari 2019. Namun TGPF yang beranggotakan internal Polri, tokoh masyarakat, sampai internal KPK itu pun tak jelas dalam pengungkapan kasus Novel. Diberi wakru enam bulan, kinerja tim bentukan Tito dipertanyakan.

Tim tersebut bukan mengungkap hasil namun justru memberikan sejumlah rekomendasi kepada Tito sebagai tindaklanjuti tim khusus yang dipimpin Kabareskrim Komjen Idham Aziz. Tim khusus ini yang melanjuti kinerja TGPF.