Kisah Sukses Supingih Raup Rp10 Juta per Bulan dari Stik Tahu
- VIVAnews/Nur Faishal
VIVA – Keluarga Supingih memilih jalan berbeda dari kebanyakan pengusaha tahu di Kota Kediri, Jawa Timur. Pria 50-an tahun itu menjadikan penganan dari perasan kedelai menjadi cemilan krupuk. Berkat ketekunannya, Supingih kini meraup keuntungan bersih rata-rata Rp10 juta setiap bulan.
Supingih menjadikan rumahnya di Kelurahan Tinalan, Kota Kediri, sebagai tempat tinggal, pabrik, sekaligus toko. Rumah Supingih berada persis di sebelah gapura jalan kelurahan. Di bagian depan atas, terpampang spanduk hijau bertulisan 'Stik Tahu Wijaya Kembar'. Itu nama usaha Supingih.
Lantai dasar dijadikan Supingih sebagai toko, sekaligus gudang produksi krupuk tahunya. Lantai dua untuk istirahat. Lantai tiga dipakai untuk tempat produksi.
"Usaha tahu sebenarnya dari orangtua, tetapi kita menggeluti stik tahu ini mulai tahun 2014," kata Supingih kepada VIVAnews pada Minggu 24 November 2019.
Ada dua ibu-ibu tengah sibuk bekerja, saat kami berkunjung. Satu mengiris tahu kotak seukuran dua kali bungkus rokok menjadi ukuran stik, seorang lainnya menggoreng stik krupuk yang sudah kering. Di luar, stik-stik dijemur di ruang tanpa atap. "Sebelum digoreng harus kering betul," ujar Supingih.
Dia menjelaskan, pembuatan tahu untuk stik krupuk berbeda dengan tahu untuk lauk-pauk. Tahu stik dibuat lebih keras dan padat, agar tidak lembek dan mudah patah saat jadi krupuk.
"Setelah diiris, stik kemudian direndam di air yang diberi bumbu tertentu selama satu malam," ucap Supingih.
Selesai direndam, stik-stik tahu kemudian dijemur. Saat kemarau dan panas matahari sempurna, stik dijemur paling singkat dua hari. Namun, kalau musim hujan, biasanya proses penjemuran bisa berlangsung empat sampai lima hari. "Kalau sudah kering betul, baru bisa digoreng," kata Supingih.
Stik tahupun siap kunyah lalu dikemas. Supingih memasang banderol Rp10 ribu untuk konsumen langsung, sedangkan untuk harga reseller Rp8.500-Rp9.000.
Selain kemasan, dia juga menjual dengan sistem kiloan. Untuk stik mentah, dia beri harga Rp80 ribu per kilogram, sedangkan stik goreng Rp95 ribu per kilogram.
"Selain stik tahu, kita juga bikin olahan tahu lainnya, ada tahu crispy, ada tahu alit, tahu cokelat, dan beberapa lainnya. Jadi, yang kering-kering saja. Awalnya kita bikin tahu basah, cuma belakangan susah, karena banyak saingannya. Jadi, kita coba olahan tahu yang kering-kering saja sekarang," kata Supingih.
Setiap hari, Supingih mengaku mampu memproduksi stik tahu sekira 150 bungkus stik tahu. Rata-rata penjualan setiap hari, sebanyak seratus bungkus. Pasar produknya kebanyakan di sekitar Kediri.
"Luar kota kita baru kirim ke Ponorogo dan Bandung. Kalau ke Bandung, sekitar 250 bungkus," katanya.
Untuk pemasaran, Supingih mengaku sementara ini lebih banyak mengandalkan secara offline dan dari mulut ke mulut. Dia kini mencoba secara online, setelah perusahaan jual beli online, Bukalapak, hadir di Kota Kediri, menjaring usaha mikro sebagai mitra.
"Dengan adanya Bukalapak, kami berharap pemasarannya lebih luas," ujarnya.
Memang, sejak 2018, Bukalapak hadir di Kota Kediri, menjaring pengusaha mikro sebagai mitra. Selain usaha rumahan macam Supingih, Bukalapak juga menyasar warung-warung tradisional di kota dikenal dengan Tahu Poo-nya itu. Targetnya seribu usaha mikro.
"Nantinya, warung-warung tidak hanya bergantung kepada orang lewat saja," kata AVP Public Policy & Government Relations Bukalapak, Bima Laga. (asp)