Fakta Helmy Yahya Dipecat dan TVRI Utang Rp48 Miliar Buat Liga Inggris

Helmy Yahya
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Dewan pengawas TVRI memenuhi panggilan DPR terkait polemik yang terjadi di lembaganya. Salah satunya pemecatan Direktur Utama TVRI Helmy Yahya. Sejak Helmy menjadi orang nomor satu di tv pemerintah ini, TVRI menjadi lebih moderen. 

Banyak tayangan yang sangat fenomenal disiarkan oleh TVRI. Di antaranya Liga Inggris, pertandingan badminton dan discovery channel. Namun, di balik suksesnya Helmy mengubah semua nya itu, ternyata dia diam-diam dipecat lantaran dianggap melanggar aturan yang berlaku di perusahana pelat merah ini.

VIVAnews merangkum sejumlah fakta polemik yang terjadi di TVRI, di antaranya:

1. Helmy dipecat

Ketua Dewan Pengawas TVRI, Arief, buka-bukaan kronologi pemecatan Helmy Yahya. Awal mula masalahnya adalah sejak ada keterlambatan pembayaran honor karyawan.

"Pertama adanya keterlambatan honor SK karyawan pada Desember 2018, inilah pangkal awalnya," kata Arief di kompleks parlemen, Jakarta, Selasa, 21 Januari 2020.

2. Karyawan telat gajian

Anggota Dewan Pengawas LPP TVRI, Pamungkas Trishadiatmoko, mengungkapkan TVRI gagal membayar gaji karyawan dan beberapa vendor. Di sisi lain, TVRI melakukan pembelian hak siar Liga Inggris sebesar Rp126 miliar, yang mengakibatkan utang membengkak.

"Yang menjadi permasalahan, pada tahun lalu disampaikan terjadi gagal bayar gaji karyawan dan beberapa vendor. Sekitar total kalau saya tidak salah Rp9 miliar plus beberapa Rp13 miliar," kata Pamungkas.

3. Utang Rp48 M

Pamungkas menjelaskan, sesuai dengan kontrak pada tahun 2020, TVRI terdapat kewajiban bayar utang Liga Inggris itu Rp27 miliar. Yang akan di carry over tahun 2020 plus akan ada tagihan 1,5 Juta USD atau Rp21 miliar di luar pajak (jika ditotal Rp48 miliar).

Ia menambahkan pada September 2020 akan ada tagihan lagi senilai Rp1,5 juta USD atau senilai Rp21 miliar di luar pajak. Karena tak ada dalam RKAP maka tak bisa dibayar penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

"Sehingga terdapat kewajiban yang harus bayar. Ini belum gagal bayar ya. Karena tidak ada di RAKP, kemungkinan tidak bisa dibayar PNBP, karena PNBP tak bisa bayar utang senilai Rp69 miliar, belum termasuk pajak, belum termasuk biaya-biaya lain," kata Pamungkas. 

4. Rp 126 Miliar buat Liga Inggris

Pamungkas mengungkapkan TVRI membeli hak siar Liga Inggris selama tiga musim. Totalnya, ternyata mencapai Rp126 miliar. 

"Total Liga Inggris selama tiga musim adalah 9 juta US, atau Rp126 miliar di luar pajak, dan biaya lainnya. Untuk kontrak tiga musim. Ini multiyear," kata Pamungkas.

Ia menambahkan pembelian hak siar Liga Inggris juga tanpa permintaan tertulis kepada Dewas untuk membelanjakan program multiyear 2019-2020. Padahal, untuk satu musim memiliki jangka waktu sekitar 9-10 bulan. 

"Untuk setiap sesi berbiaya 3 juta USD dengan kontrak 76 pertandingan atau senilai hampir sekali tayangan Rp552 Juta. Kalau di-ekuivalen program rata-rata di TVRI yang disampaikan kepada kami Rp15 juta per episode. Ini bisa membiayai 37 episode atau dua bulan program lainnya," kata Pamungkas.

5. Helmy melawan

Helmy Yahya angkat suara terkait masa kepemimpinannya sebagai Direktur Utama TVRI. Helmy menjelaskan rebranding TVRI di masanya membuat televisi milik pemerintah ini menjadi lebih keren dari sebelumnya.

"Rebranding buat TVRI lebih keren dari segala hal, karyawan bangga pakai pakaian TVRI," kata Helmy.

Helmy menegaskan anggaran untuk TVRI tersebut tidak ada yang tidak sesuai. Ini katanya merupakan kreativitas para direksi dalam mengembangkan anggaran yang ada.

"Tidak ada penyimpangan. Kalau ada penyimpangan bisa disemprit BPK. Kami kan konsultasi," ujar Helmy.

6. Pemikat TVRI

Helmy Yahya mengakui program Liga Inggris menjadi salah satu yang membuatnya dilengserkan dari posisi Direktur Utama TVRI oleh Dewan Pengawas. Dewas sempat mempertanyakan kepadanya karena program itu berbiaya besar.

Helmy menjawab bahwa dirinya ingin TVRI punya program andalan yang menarik banyak penonton, salah satunya Liga Inggris. Semua stasiun televisi menginginkan hal itu.

"Semua stasiun di dunia kepengen memiliki sebuah program killer content atau monster content atau locomotif content, yang membuat orang menonton," kata Helmy.

Karena itu, pihaknya kemudian bekerja sama dengan Mola TV untuk bisa menyiarkan Liga Inggris. Menurutnya, keberhasilan menyiarkan Liga Inggris merupakan rezeki.

"Saya cuma jawab ini rezeki anak soleh," ujar Helmy.