Gara-gara Corona Umrah Luntang-lantung, Bagaimana Nasib Haji?

Kabah di Mekah, Arab Saudi.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Pemerintah Arab Saudi melarang kegiatan umrah ke kota suci Mekah dan Madinah bagi semua warga negara lain; tidak terkecuali Indonesia. Pelarangan yang mulai berlaku 27 Februari 2020 ini untuk mencegah penyebaran virus corona atau virus COVID-19 yang sudah sangat mengkhawatirkan. 

Larangan ini sangat mendasar. Arab Saudi tiap waktu tertentu ramai dikunjungi oleh ribuan bahkan jutaan warga muslim di dunia yang ingin beribadah umrah dan haji. Bisa dibayangkan jika ada jemaah yang positif corona, maka penyebarannya akan sangat cepat.

Maka itu, langkah proteksi cepat dilakukan oleh Pemerintah Arab Saudi, demi menjaga kepentingan dalam negerinya. Tapi, kebijakan ini bukan tanpa dampak. Ratusan ribu calon jemaah umrah nasibnya tak jelas.

Mereka yang sudah siap dengan semua administrasinya, batal terbang. Bahkan, yang sudah mendarat di negara transit, tetap tak bisa masuk Arab Saudi. Mereka harus kembali ke Tanah Air. Mau apalagi, pihak berkuasa Arab Saudi sudah membuat kebijakan. 

Masalahnya, kebijakan larangan umrah ini dikeluarkan tanpa waktu yang ditentukan. Apalagi penyebaran virus corona di dunia justru semakin masif. Negara-negara barat dengan proteksi cukup tinggi pun, seperti Italia, Jerman, Prancis, Inggris, Austria, Kroasia, Swedia, Swiss, Finlandia, dan Austria, jebol. Virus corona sudah menyebar di negara tersebut. Bahkan, di Negeri Pizza itu, saat ini sudah ada 323 kasus, dan 11 berakhir dengan kematian.

Jika ditotal, ada 50 lebih negara di dunia positif virus corona, dengan jumlah kasus bervariasi. 

Badan Kesehatan Dunia WHO membahas masalah virus corona.

Sampai saat ini di Arab Saudi memang belum ada laporan kasus corona. Namun, diketahui, ada tujuh warganya yang positif terjangkit virus ini. Mereka dinyatakan positif corona usai melakukan perjalanan ke Iran. Saat ini, ketujuh warga Arab yang positif corona itu ada di Bahrain dan Kuwait. Pemerintah Arab menyatakan, warganya yang terinfeksi corona agar dirawat di rumah sakit setempat hingga dinyatakan negatif.

Nasib haji

Semua negara memaklumi kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Tapi sampai kapan? Bagaimana dengan musim haji yang sebentar lagi tiba?

Kekhawatiran ini pun disampaikan Konjen RI di Jeddah, Eko Hartono, saat berbincang di tvOne, Kamis petang, 27 Februari 2020. 

Eko khawatir, penangguhan kunjungan ke Arab Saudi ini akan berdampak hingga pelaksanaan ibadah haji 2020. Apalagi sampai saat ini belum ada penegasan lanjutan dari otoritas Arab Saudi soal kapan kebijakan pelarangan ini akan dicabut.

"Mudah-mudahan saat jemaah haji kloter pertama nanti datang, insya Allah tanggal 25 Juni, jemaah pertama akan tiba di Madinah, insya Allah situasi sudah membaik kembali," kata Eko.

Eko menyatakan, kebijakan ini sangat berdampak bagi ribuan jemaah umrah, bisnis maskapai, penginapan, hotel, maupun katering. Tapi, ini merupakan keputusan otoritas tertinggi di Arab Saudi. Sehingga semua pihak tak bisa berbuat banyak.

Juru Bicara Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, Masduki Baidlowi, mengaku optimistis pihak Arab Saudi sudah memiliki sejumlah solusi penanganan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Ia yakin Negara Minyak itu tak akan lama menangguhkan larangan sementara umrah.

Menurutnya, pemerintah Saudi sudah melakukan berbagai inisiatif. Salah satunya pemasangan alat-alat canggih di pintu-pintu akses seperti bandara dan pelabuhan.

Selain itu, ia berpandangan, pelarangan ibadah umrah juga akan berpengaruh terhadap ekonomi bagi Arab Saudi. Kata Masduki, masalah kelancaran ibadah dan pemasukan devisa juga menjadi fokus utama bagi mereka.

Apalagi Arab Saudi secara ekonomi memang tengah berbenah diri. Mengingat proses transisi perekonomian yang tengah mereka jalani.

"Saat ini Arab Saudi sedang melakukan pergeseran-pergeseran strategi bisnis, dari sebuah negara yang bergantung kepada minyak atau energi fosil, lalu kemudian dia akan bergantung kepada jasa dan industri," kata Masduki.

"Bagi Arab Saudi, hal ini (masalah devisa dan perekonomian) adalah sesuatu yang harus diselamatkan karena sangat berpengaruh bagi mereka," Masduki menambahkan.

Pemerhati haji dan umrah sekaligus Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia, Ade Marfuddin, berharap larangan umrah tidak berlarut-larut. Apalagi sampai musim haji. Menurutnya, jika penangguhan kunjungan itu berkepanjangan, sedikit atau banyak akan memengaruhi persiapan penyelenggaraan haji.

Sejauh ini, menurut Ade, sistem penyelenggaraan haji secara umum sudah mapan, artinya tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan bahwa persiapan-persiapannya bakal terganggu. 

Namun yang ditakutkan, seandainya ditemukan kasus penularan corona di dalam negeri Saudi, bukan tidak mungkin pemerintah negara penjaga dua kota suci itu membuat kebijakan baru terhadap penyelenggaraan haji serupa kasus umrah. Indonesia, sebagai negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia, tentu saja paling terdampak.

Pemerintah Indonesia pun, menurutnya, perlu menyiapkan berbagai antisipasi. Misalnya, kata Ade, selagi warga asing dilarang masuk Saudi, Kedutaan Besar RI di sana harus mengerahkan aparaturnya untuk membereskan segala persiapan penyelenggaraan haji. Tujuannya agar ketika kelak Saudi sudah membuka masuknya warga asing, sebagian besar persiapan penyelenggaraan haji sudah beres.