Ribuan Kasus DBD di Jateng, 17 Orang Meninggal

Ilustrasi penyakit demam berdarah
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tengah memantau perkembangan penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD). Sejak bulan Januari hingga awal Maret 2020, Dinas Kesehatan Jawa Tengah mencatat 1.228 penderita DBD yang tersebar di 35 kabupaten dan kota.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo, kasus DBD Jawa Tengah meningkat saat musim penghujan seperti saat ini. Setidaknya sudah ada 17 orang yang meninggal. Rata-rata yang meninggal dan yang terjangkit merupakan orang usia produktif.

"Rata-rata yang terjangkit di usia produktif, 7 tahun hingga 25 tahunan," ujar Yulianto kepada wartawan di Kantor Dinkes Jawa Tengah, Kamis 12 Maret 2020.

Yulianto merinci, Kota Semarang, Kabupaten Cilacap dan Banyumas penyumbang angka kematian terbanyak dengan jumlah masing-masing korban 2 orang. Sedangkan kota lainnya seperti Kabupaten Purbalingga, Rembang, Banjarnegara, Pati, Jepara, Temanggung, Brebes, Batang, Karanganyar dan Kota Tegal masing-masing satu penderita meninggal.

"Kita sedang mendata lagi, diprediksi jumlah penderita dapat meningkat. Ini bulan-bulan di mana nyamuk aedes aegypti sedang dalam masa yang produktif," ujarnya.

Pada musim hujan, populasi aedes aegypti akan meningkat karena telur akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit Demam Berdarah Dengue. 

"Kelangsungan hidup nyamuk Aedes aegypti akan lebih lama bila tingkat kelembaban tinggi selama musim hujan sehingga masyarakat harus lebih waspada pada saat memasuki musim hujan," katanya

Baginya, penyakit DBD tidak mungkin bisa hilang di Jateng. Pihaknya setiap tahun melakukan penanganan ekstra, agar bisa menekan angka penderita yang meninggal.

"Setiap tahun pasti ada, maka kita tidak bisa menomorduakan DBD ini," ujar Yulianto.