Keran Impor Bahan Baku Akan Dibuka, Pekerja Tekstil Terancam PHK

Industri Tekstil Bandung
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

VIVA – Pengusaha tekstil dan produk tekstil dalam negeri mengaku tengah dalam kondisi sangat tertekan akibat wabah Virus Corona (Covid-19). Itu disebabkan pusat-pusat penjualan tekstil di Tanah Air hampir tutup secara keseluruhan, demikian juga untuk pasar ekspor.

Hal tersebut dikemukakan Ketua Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa, Senin, 23 Maret 2020.

Akibat terhentinya permintaan dari sentra pemasaran, produksi dan utilitas industri dalam negeri mengalami penurunan dari rata-rata mampu mencapai 90 persen kini hanya mencapai 80 persen ke bawah. Itu membuat beban biaya produksi perusahaan menjadi semakin berat. "Kita terus terang semua industri perlu nafas panjang untuk menghindari PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)," kata Jemmy.

Di sisi lain, industri tekstil juga terancam dibanjiri oleh impor. Sebab, pemerintah berencana membuka keran impor seluas-luasnya di tengah mewabahnya virus tersebut, khususnya bahan baku. Padahal, industri tekstil dari hulu dan hilir masih mampu bergerak berdampingan satu sama lain memenuhi kebutuhan produksi dalam negeri.

Sekjen Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSYFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan, beberapa bulan terakhir impor garmen justru naik di tengah kondisi pasar yang sedang turun. Artinya, ketika pasar mengecil justru impor garmen masuk, ini akan menambah tekanan kepada industri lokal dari hulu hingga hilir.

"Pasar yang kecil ini harus 100 persen diberikan kepada industri dalam negeri, ini sangat penting supaya kita bisa jalan. Karena kalau itu tidak dilakukan, kita tidak punya market lagi, PHK bukan hal yang mustahil, akan ada keterpaksaan perusahaan melakukan PHK karena marketnya kecil bahkan enggak ada," katanya.

Meski begitu, Jemmy memastikan, hingga saat ini, belum ada satupun perusahaan tekstil dan produk tekstil melakukan PHK secara besar-besaran. Namun, dia tidak bisa menjamin kondisi itu bisa bertahan jika tekanan-tekanan akibat wabah virus itu bisa ditanggulangi oleh pemerintah.

"Ekspor sudah ada yang hold delivery, kita lihat kemampuan teman-teman stok di mana, cash flow di mana. Memang PHK ini sangat dilematis. Kita sebetulnya anggota API sangat menghindari terjadinya PHK. Tapi sampai hari ini jalannya masih full," ujarnya.