Dua Laboratorium Test Corona di Aceh Terkendala Reagen

Sumber :

VIVA – Pemerintah Aceh sudah merampungkan dua laboratorium PCR (Polymerase Chain Reaction) khusus yang bisa memeriksa swab pasien terpapar corona. Kedua laboratorium itu berada di Universitas Syiah Kuala dan di kawasan Lambaro. Namun, keduanya belum berfungsi karena tidak tersedia reagen atau pereaksi kimia untuk swab test.

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan laboratorium itu disiapkan untuk melakukan metode PCR sebagai ‘second opinion’ dari hasil rapid test yang dinyatakan positif corona.

Untuk mendapat reagen, kata dia, harus dipesan ke Jerman. Namun, harus menunggu untuk diproduksi. Jika itu datang maka laboratorium tersebut nantinya akan difungsikan untuk test Covid-19.

“Lab-nya sudah kita punya, dua minggu lalu selesai. Tapi ada satu cairan, reagen namanya, dan itu pesannya ke Jerman. Kita sudah coba minta ke distributornya melalui Menkes, tapi tetap harus menunggu dari Jerman,” ujar Nova, usai meresmikan Poliklinik Khusus Pinere, Rabu, 8 April 2020.

Laboratorium PCR itu dibuat, agar swab pasien yang memiliki gejala virus corona tidak lagi dikirim ke Balitbangkes di Jakarta karena memerlukan waktu yang lama. Jika reagen itu datang, pemeriksaan swab tidak lagi dikirim ke Jakarta.

“Swab test masih kita lakukan ke Jakarta, begitu reagen itu datang, kita sudah punya lab PCR,” ujarnya.

Sementara unit PCR yang dimiliki Universita Syiah Kuala mampu menguji 96 sampel dalam kurun waktu 1 jam. Kehadiran alat itu diharapkan dapat membantu masyarakat dan Pemerintah Aceh dalam menangani wabah corona, sekaligus mempersingkat waktu tempuh pemeriksaan yang selama ini dilakukan di Jakarta.

Pemerintah Aceh juga sedang mengupayakan pengadaan tambahan alat rapid test untuk masyarakat. Khususnya yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP). Apalagi, menjelang bulan Ramadan, diprediksi bakal banyak warga Aceh yang akan pulang kampung.

Rapid test untuk warga, lanjut Nova, agar bisa memetakan jumlah ODP, pasien dalam pengawasan (PDP) maupun positif Corona di seleluruh Aceh. Hal itu sebagai upaya preventif untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona di Aceh.