Permintaan Baju Hazmat dari Kemenkes Berkurang, Buruh Khawatirkan PHK

Pengrajin pamerkan jubah hazmat untuk tenaga kesehatan. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang

VIVA – Sejumlah buruh di PT GA Indonesia, yang memproduksi alat pelindung diri (APD) berupa baju hazmat, mengeluh karena pembayaran gaji mereka tersendat. Hal itu disebabkan oleh tersendatnya pula penyerapan pesanan pakaian hazmat oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Ketua Buruh PT GA Indonesia, Sri Rezeki, mengatakan perusahaan tempat dia bekerja yang memproduksi baju hazmat kini mengalami masalah keuangan. Sebab, penyerapan produksi baju hazmat oleh Kementerian Kesehatan yang tidak berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan target yang dipesan.

"Tempat atau perusahaan kami bekerja sudah maksimal memproduksi baju hazmat dengan bekerja 3 shift selama 24 jam sesuai dengan kebutuhan. Tapi kami mendengar penyerapan di kementerian ada yang tidak optimal. Tentunya ini berdampak pada perusahaan yang ujungnya juga kepada kami para buruh,” kata Sri Rezeki kepada wartawan, Senin 27 Juli 2020.

Baca juga: Viral Dokter Gigi di Malang Tampil Modis dengan Hazmat Fashionable 

Sri menyebutkan, di awal-awal pengerjaan baju hazmat banyak pekerjaan dan lancar. Namun anehnya, belum sampai memenuhi target, pihaknya mendengar ada kabar penghentian pembelian.

"Harusnya setiap hari pengiriman baju hazmat. Tapi sudah tiga bulan ini tidak ada lagi pengiriman. Malah sampai ada stok 2 juta set baju hazmat di gudang, namun tidak ada pengiriman sejak awal bulan Mei 2020," ujarnya.

Karena barang menumpuk dan pembelian tidak jelas dari Kementerian Kesehatan, Sri khawatir pabrik melakukan keputusan merumahkan puluhan ribu karyawan karena tidak ada kegiatan produksi akibat masih menumpuknya baju hazmat di gudang. Adanya kondisi ini juga berdampak pada kebutuhan ekonomi dan kesejahteraan para buruh.

"Itu makanya gaji buruh sudah tertunda dan bulan ini pasti tertunda lagi. Karena pengiriman dari perusahaan ke kementerian tidak ada kejelasan. Buruh juga butuh kepastian karena ini urusan perut manusia. Kita semua punya keluarga yang wajib dinafkahi. Kalau kondisinya terus begini, saya khawatir para buruh akan melakukan aksi demo karena sulit mencari pekerjaan lain di masa sulit,"  ujarnya. (ren)