Pelempar Bom Molotov ke Kantor PDIP Cileungsi Diduga Ada 2 Orang

Kantor PDIP di Cileungsi, Bogor, kena teror bom molotov.
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhammad AR.

VIVA - Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Bogor, pemilik rumah dan kantor sekretariat Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP, Muad Khalim, melaporkan pelemparan bom molotov yang terjadi pada Rabu, 29 Juli 2020, dini hari, ke Polsek Cileungsi. Ketua Komisi 4 DPRD Kabupaten Bogor itu menyebut pelaku sudah menargetkan rumah dan sekretariat PAC PDIP sebagai sasaran.

"Saya kurang paham tahu atau tidak. Pastinya harusnya tahu ya, saya yakin mereka tahulah. Karena pintu gerbangnya itu kan menjadi satu pintu gerbang. Walaupun berseberangan rumahnya, tapi kan pintu gerbangnya utamanya satu," kata Muad Halim diwawancarai VIVA, Rabu, 29 Juli 2020.

Baca juga: Kantor PDIP di Megamendung Bogor Dilempari Bom Molotov

Polisi telah mengambil CCTV tetangganya yang berada di belakang rumah. Dari CCTV itu, terlihat dua orang berboncengan mengunakan sepeda motor sebelum terjadinya ledakan molotov. Muad belum mengenali ciri-ciri pelaku pelempar molotov tersebut.

"Saya tidak ada (CCTV). Yang punya belakang rumah saya, ada. Hanya tadi kepolisian yang sudah mengambilnya. Ya CCTV, saya sudah minta ke polsek, namun kata kapolsek ajukan saja ke Polres. Enggak ada tanda-tanda yang ditinggali pelaku. Karena samping lokasi jalan umum biasa, jadi tidak ada bekas apa-apa. Yang saya lihat itu CCTV hanya foto motor saja berboncengan. Saya enggak paham pakaiannya seperti apa, hanya sepintas melihat," katanya.

Kemudian, Muad pun menceritakan kronologi awal pelemparan bom molotov seperti yang dilaporkannya kepada kepolisian. Pada pukul 00.00 WIB, dia tengah menyiram tanaman untuk menyalurkan hobinya.

"Saya hanya melaporkan kejadian ini ke Polsek, pada saat pukul 00.00 WIB, saya masih di sana sedang nyiram-nyiram halaman," katanya.

Hari itu lokasi merupakan rumah dan sekretariat PAC sedang direnovasi yang lokasinya enam meter dari rumah tempat tinggalnya. Sekitar pukul 01.00 WIB salah seorang para pekerja bangunan tersebut bangun untuk membuat kopi.

"Ada tukang yang bangun mau salat, mau bikin kopi. Nah bikin kopinya di sekretariat itu di seberang. Dia mendengar ledakan terus muncul api," tutur Muad.

Melihat ada bom molotov, pekerja itu memanggil temannya untuk membantu mematikan api. Api sempat disiram mengunakan selang air, namun api malah semakin membesar.

"Pekerja itu panggil temannya untuk matikan api, setelah disiram pakai selang, tapi api tambah besar. Akhirnya pakai kain dibasahi baru bisa mati. Kemudian pagi harinya, kejadian itu dilaporkan ke saya bahwa tadi malam ada yang lempar ini (bom molotov) setengah dua malam lah kira-kira. Karena jam satu malam saya masih di teras. Saya masuk dan langsung periksa," katanya.

Muad meminta agar kepolisian untuk segera menangkap pelaku dan prosesnya secara hukum. Atas peristiwa ini, ia mengimbau agar para kader PDIP tidak bertindak anarkis dan menghargai proses hukum kepolisian.

"Intinya saya sebagai kader partai mengimbau ke teman-teman kader dan simpatisan PDI Perjuangan agar tidak bertindak anarkis, ikuti instruksi DPP. Biar proses hukum yang berjalan," katanya.