Tempat Wisata Pulau Tunda di Banten Belum Ada Akses Listrik 24 Jam

Petugas PLN memeriksa fasilitas pasokan listrik. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy mengungkapkan persoalan akses listrik di Pulau Tunda sudah disampaikan ke instansi terkait, yakni Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Banten. Andika juga mengatakan sudah berkoordinasi dengan pihak terkait agar Desa Wargasara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, bisa teraliri listrik dengan baik. 

"Jad,i nanti kita koordinasikan. Tinggal bagaimana nanti dikoordinasikan agar dapat tadi, menuntaskan persoalan yang ada di sana," kata Wagub Andika.

Baca juga: Cerita Kompol Vivick Bongkar Persembuyian Ratu Ekstasi 

Sebelumnya, Kepala Desa Wargasara, Hasim, mengatakan masyarakat di Pulau Tunda selama ini belum bisa menikmati listrik selama 24 jam penuh, seperti yang dialami masyarakat lainnya di Tanah Air. 

Dalam satu hari satu malam, jika PLTD berfungsi, masyarakat bisa menikmati listrik sekitar 5 jam saja, yakni pada malam hari mulai pukul 18.00 sampai dengan 22.00 WIB. 

Selanjutnya untuk penerangan lampu dari malam hingga pagi, rumah-rumah warga di pulau berpenduduk 1000 orang lebih itu bergantung kepada listrik dari PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). 

Pembangkit ini banya bertenaga 25 Kilo volt amper yang hanya bisa menyediakan arus listrik selama 2 atau 3 jam saja untuk 300'an rumah di sana, termasuk fasilitas umumnya. 

"Memang persoalan listrik masih menjadi kendala sebagian besar masyarakat Pulau Tunda. Namun bagi yang ekonominya mampu, mereka menggunakan genset untuk kebutuhan listrik mereka sehari-hari," jelas Hasim. 

Sekjen Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Anwar Sanusi, pun mengamini banyak wilayah-wilayah di Indonesia yang belum terakses listrik. 

Sanusi berpendapat pemenuhan kebutuhan akan listrik sudah sangat mendesak. Di mana, hampir seluruh aktivitas ekonomi kerakyatan berbasis listrik. 

"Mau tidak mau, elektrifikasi merupakan variabel dominan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat," katanya.

Sanusi menegaskan bahwa elektrifikasi bukan sebatas penerangan, namun harus dilihat secara luas. Oleh karenanya berbagai upaya perlu terus dilakukan untuk terciptanya pemerataan listrik. 

"Bukan sekadar penerangan, tapi jadi faktor kegiatan produksi dan produktivitas masyarakat. Misalnya untuk mesin-mesin tepat guna di pedesaan," tuturnya. (ren)