39,9 Persen Warga Sumbar Percaya COVID-19 Konspirasi Negara Besar

Ambulans pengangkut jenazah COVID-19
Sumber :

VIVA – Sebanyak 39,9 persen masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) diklaim percaya bahwa pandemi Corona COVID-19 adalah sebuah konspirasi atau persekongkolan dari negara-negara besar di dunia. Angka tersebut ditemukan setelah adanya riset dalam bentuk survei yang dilakukan oleh lembaga riset dan konsultan Spektrum Politika Institute kepada seluruh masyarakat yang ada di 19 kabupaten dan kota di Sumbar.
 
Metode survei ini dilakukan dengan cara mewawancarai sebanyak 1.220 responden. Sampel (responden) diambil secara acak proporsional, dengan memperhatikan jumlah penduduk dan karakteristik penduduk yang ada di 19 kabupaten dan kota itu. 

Adapun margin of error dari sampel yang diambil tersebut sebesar 2,9 persen. Untuk menjaga kualitas survei ini maka quality control juga dilakukan dengan cara menelepon ulang responden untuk mengkonfirmasi jawaban mereka sebelumnya. Quality control survei dilakukan terhadap 60 persen dari total sampel yang diwawancarai oleh enumerator sebelumnya. 

Baca juga: Ditangkap karena Pelecehan Masjid, TikToker @kenwilboy sedang Disidik

“Riset ini kita lakukan sejak 10 sampai 15 September kemarin. Hasilnya mengejutkan, 39,9 persen masyarakat di ranah Minang ini percaya kalau COVID-19 itu adalah sebuah konspirasi yang dimunculkan oleh negara-negara besar di dunia. Riset ini mewawancarai sebanyak 1.220 orang responden yang menjadi sampel. Diambil, secara bertingkat (multistage random sampling) di seluruh kabupaten dan kota yang ada,” kata peneliti Spektrum Politika Institute Andri Rusta, Senin 5 Oktober 2020. 

Menurut Andri Rusta, tingginya angka tingkat kepercayaan masyarakat kalau pandemi mematikan ini adalah sebuah konspirasi yang sengaja diciptakan, akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan yang sudah diterapkan sedemikian rupa oleh pemerintah. 

Jika paradigma seperti ini terus berkembang di tengah masyarakat dinilai dapat menjadi persoalan baru. Apalagi, mengingat angka terkonfirmasi positif di Sumatera Barat sejak Hari Raya Idul Fitri yang lalu, kian hari kian merangkak tajam.

“Berbagai kebijakan sudah dibuat pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus SARS-CoV-2 ini. Penerbitan Surat Keputusan Gubernur, Bupati dan Wali Kota, Peraturan Daerah dan segala turunannya, bahkan hingga ke dalam bentuk kegiatan yang memang mendapat perhatian masyarakat Sumatera Barat sudah dilakukan. Namun jika banyak tingkat kepercayaan ini adalah sebuah konspirasi, tentu saja sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Tentunya, akan banyak masyarakat kita yang abai dengan protokol Kesehatan,” ujar Andri.

Dia menjelaskan, fakta yang mengejutkan lainnya dari survei yang kita lakukan yakni sebanyak 90,1 persen dari masyarakat Sumatera Barat menegaskan kalau mereka nanti akan tetap datang ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan hak suara, pada kontestasi pilkada yang akan dilaksanakan pada pekan kedua Desember mendatang.

“Antusiasme masyarakat ini tentu perlu didalami lebih lanjut. Apakah fenomena ini terkait dengan keinginan masyarakat yang memang menunggu pemberian dari calon kepala daerah yang selalu dilakukan dalam setiap helatan pilkada yang biasanya diberikan dalam bentuk hadiah, souvenir bahkan uang. Ini juga harus menjadi perhatian karena helatan pilkada juga berpotensi menjadi klaster baru penularan COVID-19,” katanya.