Cara Bertahan Hidup Benny Wenda yang Mengklaim 'Presiden' Papua Barat

Benny Wenda, tokoh kemerdekaan Papua.
Sumber :
  • Wikipedia Common

VIVA – Benny Wenda kembali menjadi sorotan menyusul aksi klaimnya sebagai Presiden Papua Barat belum lama ini. Meski beberapa kali namanya mencuat ke permukaan, namun tak banyak yang mengetahui sepak terjang Benny Wenda. Terutama urusan bertahan hidup di negeri orang.

Dalam sebuah wawancara, Benny Wenda membeberkan cara ia menggalang dana untuk keperluan biaya melobi-lobi serta kebutuhan hidup bersama keluarganya. Ia mengaku mendapat sumbangan dari orang-orang Inggris bahkan tak jarang 'mengamen'.

"Saya dibiayai teman-teman Inggris sendiri, individual donation. Dan juga kami sendiri, saya dan istri rekam lagu. Kami luncurkan dua lagu, dua CD tentang Papua Merdeka dan kami jual serta kami menyanyi dimana saja untuk mendapatkan donasi," kata Benny Wenda.

Benny Wenda dan keluarganya saat ini tinggal di negara Inggris, tepatnya di Kota Oxford. Ia mendapat suaka politik dan dikabarkan telah mendapat status kewarganegaraan Inggris. 

"Sekarang mendapatkan permananent residence dari Pemerintah Inggris dan diangkat menjadi warga kehormatan Kota Oxford," kata Wiranto beberapa waktu silam saat masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam).

Penolakan terhadap Benny Wenda juga santer datang dari internal rakyat Papua Barat sendiri yang saat ini memang terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok. Termasuk dari kelompok Jeffrey Bomanak (OPM), Victor Yeimo (KNPB) dan Forkorus Yaboisemut (NFRPB).

Ya, oleh beberapa kelompok atau suku di Papua Barat, Benny Wenda dituding telah 'salah' jalan dan dianggap tak mengenal rakyat Papua Barat karena telah pergi puluhan tahun. Ia juga dianggap hanya memanfaatkan Papua Barat untuk ambisi pribadinya.

"Rakyat Papua tidak membutuhkan pemimpin yang munafik, egois dan penipu seperti Benny Wenda," kata Jeffrey Bomanak, dalam sebuah kesempatan.

Penolakan juga semakin menguat menyusul beberapa tuduhan yang menyudutkan dirinya. Benny Wenda memang sempat diterpa tuduhan menggelapkan dana sumbangan untuk rakyat Papua Barat. 

Hal itu mencuat setelah beredar catatan transfer uang sebesar 3.500 poundsterling atau setara lebih dari Rp66 juta dari John K di Papua Nugini. Plus catatan transfer sebesar 500 euro atau setara Rp8,5 juta dari organisasi Walking Friends ke rekening pribadinya.

Pada 2012, Benny Wenda juga dituding telah memalsukan tanda tangan Jacob Prai yang saat itu menjabat sebagai Ketua Organisasi Papua Merdeka (OPM) terkait pengangkatan dirinya sebagai Pemimpin Bangsa Papua.

Nama Benny Wenda juga sempat tercoreng pada 2017 silam saat ia mengaku telah mengirimkan petisi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun saat itu, Ketua Komite Khusus Dekolonisasi PBB (C-24) Rafael Ramirez, membantahnya. Ia mengaku tak pernah menerima dokumen tersebut.

Kebohongan yang dilakukan Benny Wenda itu yang membuat pemerintah Indonesia tak ambil pusing saat pria asal Suku Lani tersebut mengklaim telah menyerahkan petisi ke PBB. Tepatnya saat pemerintah Vanuatu bertemu Komisioner Tinggai Hak Asasi Manusia PBB pada Januari 2019.

Faktanya, meski benar-benar berhasil diselundupkan pemerintah Vanuatu untuk dapat bertemu  Komisioner Tinggi HAM) PBB, namun langkah Benny Wenda tersebut tetap tak mendapat tanggapan. Hal itu diungkapkan Wakil Tetap RI untuk PBB, Hasan Kleib, menanggapi petisi 'colongan' dari Benny Wenda saat itu.

Benny Wenda sendiri kabur dari Indonesia setelah dianggap bertanggung jawab atas pembakaran 2 toko milik warga dan penyerangan kantor polisi di Abepura pada 2000. Ia kabur dari penjara pada 2002 dan menyeberang ke Papua Nugini sebelum akhirnya berhasil masuk Inggris. Hingga saat ini.