Bencana Alam Mengintai 17 Daerah Aliran Sungai Brantas di Jawa Timur

Direktur Utama PJT I Raymond Valiant Ruritan, Sabtu, 12 Desember 2020.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Perum Jasa Tirta (PJT) I selaku otoritas pengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas mengungkapkan bahwa tahun 2020 menjadi musim terbasah dalam tiga tahun terakhir. DAS Brantas memiliki curah hujan yang tinggi sehingga sepanjang DAS Brantas menjadi lembab dan basah.

"Curah hujan seluruh Brantas 1,250 milimeter di tahun 2019. Pada tahun 2020, 1450 hingga 1.500 milimeter, artinya potensi DAS Brantas sedikit lembab dan basah—ini harus diwaspadai oleh warga di bantaran sungai," kata Direktur Utama PJT I Raymond Valiant Ruritan, Sabtu, 12 Desember 2020.

Raymond mengingatkan, kepala daerah di wilayah yang dilalui Sungai Brantas harus melakukan mitigasi untuk mencegah bencana tanah longsor hingga banjir. Data dari PJT I di tahun 2020 ada 17 wilayah di Jawa Timur yang berpotensi terjadi bencana. Sungai Brantas mengalir sepanjang 11.800 kilometer atau seperempat wilayah Jatim dialiri oleh Sungai Brantas.

Baca: Hoax, Video Banyak Mobil Terseret Banjir Disebut di Sampang

Ada 17 titik rawan bencana di Jatim, antara lain 2 titik di Kediri, 2 titik di Nganjuk, 5 di Jombang, 3 Sidoarjo, 2 mojokerto, dan 2 titik di Gresik. Di wilayah Malang Raya potensi bencana adalah longsor karena berada di dataran tinggi.

Faktor utama di DAS Brantas adalah curah hujan tinggi serta tanah tidak bisa meresap air dengan baik. Penyabab utama adanya tutupan lahan sehingga air tidak bisa meresap ke tanah, aliran air gagal mengalir ke sungai sehingga menyebabkan banjir di perkotaan.

PJT I juga mengingatkan masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Sebab, selama ini limbah di Sungai Brantas 60 persen berasal dari limbah rumah tangga atau domestik, di antaranya air deterjen, sabun mandi, minyak goreng bahkan limbah padat seperti plastik, kertas, dan lainnya.