Ganjar Usul GeNose UGM Jadi Alat Uji Resmi COVID-19 di RI

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di UGM.
Sumber :
  • VIVA/Cahyo Edi

VIVA – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyambangi UGM Science Technopark, Kabupaten Sleman, DIY, Selasa 5 Januari 2020. Kedatangan Ganjar ini untuk melihat dan menjajal alat uji COVID-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dinamai GeNose.

Saat menjajal GeNose, Ganjar memberikan apresiasi terhadap karya UGM ini. Dalam waktu tiga menit, nafas Ganjar yang dihembuskan ke kantong plastik khusus itu pun menunjukkan hasil negatif.

Ketua Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) ini menyebut dalam waktu yang cepat, hasil uji bisa langsung diketahui. Kecepatan uji ini dinilai Ganjar bisa memudahkan mengetahui apakah seseorang itu negatif atau positif COVID-19.

"Wah cepat sekali, hanya hitungan menit sudah keluar hasilnya. Keren ini. Ini waktu yang sangat cepat, dibanding dengan tes lain misalnya PCR. Jadi nantinya laboratorium tidak pusing lagi, masyarakat juga tidak sakit lagi karena harus di swab, cukup nyebul saja sudah keluar hasilnya," ucap Ganjar.

Terkait GeNose, Ganjar meminta agar pemerintah pusat segera menetapkan alat tersebut sebagai alat uji resmi COVID-19. Ganjar menilai dengan akurasi dan kecepatan hasil uji GeNose, proses tracing bisa dilakukan dengan cepat. Harapannya, mata rantai penularan COVID-19 bisa segera ditangani dengan kecepatan pembacaan hasil uji.

Harga GeNose yang terjangkau yaitu dikisaran Rp62 juta untuk 100 ribu kali pengujian dinilai lebih murah dari rapid test maupun swab PCR.

"Kalau kita bicara politik kesehatan, maka ini sangat murah karena bisa meng-cover banyak orang. Kalau pun masyarakat harus bayar sendiri untuk tes ini, kisarannya kantongnya Rp15 ribu dan biaya tambahan lainnya total hanya Rp25 ribu maka sangat terjangkau. Tapi kalau dibiayai negara, ini jauh lebih murah. Bandingkan dengan PCR tes yang harganya bisa Rp900 ribu per tes," urai Ganjar.

Politisi PDI Perjuangan ini pun menyampaikan ke tim GeNose jika Pemda Jawa Tengah berkeinginan untuk memesan 100 unit alat. Hanya saja karena baru sepuluh hari diproduksi massal, hanya 35 unit yang bisa dilayani.

"Saya ke sini untuk melihat seperti apa kondisinya, sekaligus saya ngetes sendiri tadi bagaimana cara kerjanya. Saya langsung pesan alat ini karena produk anak bangsa, labelnya Merah Putih. Maka negara harus berpihak," ungkap Ganjar.