83 Persen Tenaga Medis Alami Lelah Mental dan Fisik di Tengah Pandemi

Tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD) atau hazmat. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Hasil riset dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebutkan bahwa sebanyak 83 persen tenaga kesehatan mengalami burnout di tengah situasi pandemi COVID-19 ini. Burnout merupakan situasi lelah mental dan fisik akibat stres berkepanjangan.

"Jadi stres berkepanjangan itu macam-macam, bisa stres dari tempat kerjanya, dari lingkungannya tapi membuat orang itu mengalami burnout. Burnout itu umumnya kita sebutkan dalam kalangan pekerja, karena itu sangat terkenal," kata Ketua Prodi Magister Kedokteran Kerja sekaligus pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, Dewi Soemarko, acara diskusi YouTube BNPB di Jakarta, Senin, 11 Januari 2021.

Dia mengatakan, penelitian atau riset itu dilakukan kepada 1.400 responden yang merupakan dokter, dokter spesialis, perawat, bidan, dokter gigi hingga farmasi di berbagai wilayah di Indonesia dan dilakukan secara daring karena pandemi COVID-19.

Para tenaga medis mengaku dalam keadaan burnout yang tingkat sedang. Kalau tingkat sedang itu sebenarnya orang sudah bilang ini peringatan, meminta bantuan.

Baca juga: Kisah Istri Sempat Telepon Cuaca Buruk, Sebelum Sriwijaya Air Jatuh

"Artinya mereka memang perlu ditolong. Dan yang agak menyedihkan itu kita bisa lihat di sini bahwa burnout yang ada kebanyakan pada dokter umum. Jadi bisa dibandingkan dokter-dokter yang umum itu juga melihat burnout yang dominan adalah kita bilang keletihan emosi, jadi mentalnya capek banget," ujarnya.

Menurutnya, yang agak memprihatinkan bahwa salah satu dari burnout itu rasa percaya diri. Jadi rasa percaya diri mulai goyang di tenaga kesehatan.

"Untuk kita itu bahaya. Bahayanya kenapa? Karena tenaga kesehatan harus eksekutor, harus percaya diri. Kalau mereka mulai ragu, itu sebenarnya perlu ditolong," katanya.

Tak hanya itu, dari FKUI juga melakukan riset perihal tingkat kecemasan tenaga kesehatan di tengah pandemi COVID-19. Hasilnya, tenaga kesehatan yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) rumah sakit mengalami kecemasan kategori sedang. 

"Sebenarnya mereka cemas, secara manusiawi. Dan kita juga lihat risiko mereka untuk jadi cemas itu lebih besar pada orang yang sudah pernah ikut dikarantina. Misal orang sudah pernah COVID-19 itu kecemasannya jauh lebih besar," tambahnya.