Meninggal Dunia, Ini Profil Syekh Ali Jaber

Syekh Ali Jaber sah jadi WNI
Sumber :
  • Instagram @syekh.alijaber

VIVA – Ulama kondang Syekh Ali Jaber meninggal dunia pada Kamis 14 Januari 2021. Syekh Ali Jaber meninggal di RS Yarsi Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Dia dirawat karena terpapar virus corona (COVID-19). Namun, saat tutup usia, Syekh Ali Jaber sudah dinyatakan negatif virus mematikan itu. Indonesia berduka dengan meninggalnya pendakwah terkenal dengan ceramah yang sejuk.

Kabar duka ini disampaikan oleh Ustaz Yusuf Mansyur di akun Instagram resminya @yusufmanayurnew. “Innalillahi wa innailahi rojiun kita semua berduka Indonesia berduka Syekh Ali berpulang ke rahmatullah jam 08.30 pagi tadi di rumah sakit Yarsi Jakarta,” kata Yusuf Mansyur seperti dikutip VIVA. 

Nama Syekh Ali Jaber di Indonesia sangat terkenal. Pria dengan nama asli Ali Saleh Mohammed Ali Jaber ini lahir di Madinah, 3 Februari 1976, dan kini umur 45 tahun. Ali Jaber diketahui sudah pindah kewarganegaraan Indonesia pada tahun 2020 kemarin.

Syekh Ali Jaber diketahui menikah dengan seorang wanita bernama Umi Nadia asal Lombok, NTB, dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Hasan.

Sejak kecil Syekh Ali Jaber dapat bimmbingan agama oleh ayahnya. Ayahnya adalah penceramah agama yang mengharapakan anaknya menjadi seperti dirinya. Syekh Ali Jaber sejak kecil belajar Alquran. Ia merasa punya beban dan tanggung jawab atas keinginan ayahnya. Apalagi dia anak pertama yang diharapkan meneruskan perjuangan ayahnya.

Oleh karena itu, dalam perjalanan hidupnya, Syekh Ali Jaber menyadari akan kebutuhan sendiri untuk menghafal Alquran. Tak heran pada usia anak-anak, 10 tahun, Syekh Ali Jaber sudah menghafal 30 juz Alquran. Bahkan sejak usia 13 tahun, ia diamanahkan menjadi imam masjid di salah satu masjid di Kota Madinah.

Ia mendapatkan pendidikan formal dari ibtidaiyah hingga aliyah di Madinah. Setelah lulus sekolah menengah, ia melanjutkan pendidikan khusus pendalaman Alquran kepada tokoh dan ulama ternama yang berada di Madinah dan luar Madinah, Arab Saudi.

Di antaranya Syekh Muhammad Husein Al Qari’ (Ketua Ulama Qira’at di Pakistan), Syekh Said Adam (Ketua Pengurus Makam Rasulullah), Syeikh Khalilul Rahman (Ulama Alquran di Madinah dan Ahli Qiraat), Syekh Khalil Abdurahman (seorang ulama ahlul Quran di Kota Madinah), Syeikh Abdul Bari’as Subaity (Imam Masjid Nabawi dan Masjidil Haram), Syeikh Prof. Dr. Abdul Azis Al Qari’ (Ketua Majelis Ulama Percetakan Al-Qur’an Madinah dan Imam Masjid Quba),  dan Syeikh Muhammad Ramadhan (Ketua Majelis Tahfidzul Qur’an di Masjid Nabawi).

Selama penggemblengan dirinya, ia juga rutin mengajar dan berkdakwah khususnya di tempat tinggalnya, yakni masjid tempat ayahnya mensyiarkan Islam dan Ilmu Alquran. Selama di Madinah ini, ia juga aktif sebagai guru hafalan Alquran di Masjid Nabawi dan menjadi imam salat di salah satu masjid Kota Madinah.

Pada tahun 2008, kala usia 32 tahun, Syekh Ali Jabir terbang ke Indonesia. Ia menuju ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), asal istrinya tinggal. Di sini ia menjadi guru tahfidz (hafalan) Quran, Imam salat, khatib di Masjid Agung Al- Muttaqin Cakranegara Lombok, NTB, Indonesia.

Kariernya berlanjut saat ia diminta menjadi imam salat tarawih di Masjid Sudan Kelapa, Menteng, Jakarta. Selain itu, ia juga menjadi pembimbing tadarus Quran dan imam salat Ied di Masid Sunda kelapa, Menteng, Jakarta ini.

Kehadiran Syekh Ali Jaber ternyata mendapat sambutan yang sangat baik oleh masyarakat Indonesia. Dakwahnya yang menyejukkan, penyampaiannya sangat rinci, dan berisi dengan ayat-ayat Alquran dan hadits. Ia mulai sering dipanggil keliling Indonesia untuk syiar Islam.

Karena ketulusannya berdakwah, ia mendapat penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun 2011, ia menjadi warga negara Republik Indonesia. Sejak itu ia rutin mengisi acara Damai Indonesiaku di tvOne dan menjadi juri Hafizh Indonesia di RCTI.

Untuk menyiarkan Islam lebih efektif dan melahirkan para penghafal Alquran di Indonesia, seperti ditulis dalam situsnya, ia mendirikan Yayasan Syekh Ali Jaber berkantor di Jatinegara, Jakarta, dan ia sendiri tinggal di Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Karier Syekh Ali Jaber terus mengalir. Dia mulai tampil di berbagai program telivisi. Bahkan ia juga menjadi aktor dalam film Surga Menanti, pada tahun 2016. Film berkisah tentang Dafa (Syakir Daulay) remaja yang bercita-cita menjadi seorang Hafizh Qur’an.

Popularitas Syekh Jaber tak kalah dengan penceramah ternama Indonesia lainnya. Meski sudah tenar lewat media, ia tetap rendah hati. Ia masih berkeliling menjadi khatib Jumat di masjid-masjid kecil di pelosok kota dan daerah. (ase)