IDI Malang Raya Anggap Efikasi Vaksin COVID-19 Sinovac Tak Ideal

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 untuk Tenaga Kesehatan
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 buatan perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac, dan menyatakan efikasi atau tingkat kemanjuran vaksin itu mencapai 65,3 persen.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang Raya menilai tingkat efikasi sebesar 65,3 persen itu tidak ideal. Efikasi yang baik adalah 95 persen. Dengan efikasi 65,3 persen, seseorang yang sudah disuntik vaksin dua kali pun masih berpotensi terinfeksi COVID-19.

"Jadi, walaupun sudah divaksinasi dua kali tetap ada kemungkinan terpapar COVID-19. Demikian juga orang yang sudah terpapar COVID-19 sebelumnya, tetap bisa terkena COVID-19 lagi jika kekebalan tubuh yang terbentuk rendah," kata Ketua IDI Malang Raya, Djoko Heri, pada Jumat, 15 Januari 2021.

Baca: Apa Perbedaan Vaksin China Sinovac dan Sinopharm serta Merek Lain?

Djoko mengatakan, tingkat efikasi vaksin buatan Sinovac memang di bawah ideal, menurut medis. Tetapi, dalam situasi darurat, itu diperbolehkan demi menurunkan risiko penularan COVID-19. Untuk itu, meski sudah divaksin seseorang tetap wajib menjalankan protokol kesehatan pencegahan COVID-19.

Sesuai kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), katanya, efikasi vaksin yang dapat ditoleransi untuk penggunaan darurat harus lebih dari 50 persen. Vaksin buatan Sinovac telah melampaui kriteria itu, sehingga BPOM menerbitkan izin penggunaan darurat.

Mengenai seseorang yang pernah terpapar COVID-19 tidak masuk kriteria vaksinasi, karena dia belum diketahui tingkat keamanan vaksin ketika disuntikkan ke dalam tubuh penyintas COVID-19. Maka medis pun belum berani menjamin keamanan dan efikasinya untuk penyintas COVID-19.

Program vaksinasi telah dimulai secara serentak di Indonesia, yang diawali penyuntikan vaksin COVID-19 kepada Presiden Joko Widodo pada 13 Januari 2021, kemudian dilanjutkan kepada para tenaga kesehatan dan pejabat publik serta figur publik di daerah-daerah utama di Tanah Air.

Vaksinasi di Jawa Timur dimulai di Surabaya Raya, kemarin, dengan Wakil Gubernur Emil Elistianto Dardak sebagai orang pertama di provinsi itu yang disuntik vaksin. Gubernur Khofifah Indar Parawansa tidak disuntik vaksin karena terjangkit COVID-19 dan masih dalam proses pemulihan.

Vaksinasi di daerah lain di Jawa Timur, seperti Kota Malang, dijadwalkan dilaksanakan pada Februari 2021. Akan ada 10 orang yang akan menjadi simbolis vaksinasi di Kota Malang, mulai dari pejabat pemerintah, ketua DPRD, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan artis media sosial atau influencer. Wali Kota Malang Sutiaji tidak dijadwalkan disuntik vaksin karena pernah terpapar COVID-19.