Nadiem Diingatkan Bahaya Lost Generation jika Tak Sigap Hadapi Pandemi

Siswa belajar secara daring dengan memanfaatkan koneksi internet di Kantor Kelurahan Bandulan, Kota Malang, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Pandemi COVID-19 yang hampir setahun di Tanah Air ini, juga berdampak cukup besar pada sektor pendidikan. Banyak pihak menilai, sektor ini sangat terpuruk saat ini.

Ketidaksigapan menata pendidikan di era pandemi saat ini, dianggap sangat berbahaya. Hingga dikhawatirkan hilangnya generasi unggul Indonesia lantaran ketidakmampuan dalam menanganinya.

"Akibat sistem pendidikan yang tidak siap dan tidak sigap dalam menghadapi pandemi COVID-19, membuat Indonesia lost generation. Itu benar adanya," kata Direktur Eksekutif Aufklarung Institute, Dahroni Agung Prasetyo, saat dihubungi, Selasa 26 Januari 2021.

Baca juga: Kapolda Papua: Jangan Terprovokasi Rasisme, Proses Hukum Berjalan

Memang langkah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, sudah ada. Seperti pengadaan kuota lantaran pembelajaran harus lewat daring, tidak tatap muka. Namun, ini dianggap bukan solusi bagi dunia pendidikan di era pandemi ini.

Bahkan secara teknis, kata Dahroni Agung, ada juga yang mengaku tidak menerima atau tidak tepat sasaran. Menurutnya, ini justru menjadi persoalan tersendiri, mengingat anggaran yang dikeluarkan juga tidak sedikit.

"Belum lagi dengan privasi data siswa, apakah terjamin aman," katanya mempertanyakan.

Dia juga mempersoalkan konsep merdeka belajar. Menurutnya, ini cukup riskan bila tidak terjabarkan dengan baik hingga ke level bawah. Ia khawatir, justru konsep ini meniru barat yang akhirnya budaya asli bangsa tercabut.

Ia mengingatkan Nadiem bahwa para pendiri bangsa ini sejak dari awal menegaskan bahwa karakter bangsa harus diajarkan.

"Nadiem juga seakan mengabaikan konteks sosiologis Indonesia, yang terdiri dari paguyuban dan petembayan," katanya.

Pandemi COVID-19 yang menghantam Indonesia dan dunia pada umumnya, memang tiba-tiba. Semua sektor terdampak, termasuk pendidikan. Tapi menurutnya, pemerintah dalam hal ini seorang menteri, dituntut untuk bisa berbuat tanpa menyerah pada keadaan.

"Ini (pandemi) bukan alasan. Dan itulah tugas pemerintah. Kalau pemerintah juga ikut mengeluh, kenapa jadi menteri," katanya.

Kehadiran menteri yang termuda ini, menurutnya, di awal memang sempat memunculkan harapan dan optimisme. Karena inovasi yang dihadirkan Nadiem dalam perusahaannya sebelumnya, cukup memberi kontribusi yang baik.

"Namun begitu jadi menteri, Nadiem tak seinovatif saat memimpin usahanya. Bahkan, sejak awal sudah menuai kontroversi dari para pakar dan pelaku di bidang pendidikan. Menteri yang diharapkan menuai inovasi, malah menanam kontroversi," tuturnya.